Menstruasi Berhenti karena KB Tak Berbahaya

TIDAK sedikit wanita yang khawatir saat menstruasi yang tak kunjung datang. Padahal dirinya tidak sedang hamil. Masrina (27), misalnya.

Ibu satu anak itu sudah dua tahun tidak pernah mengalami menstruasi. Hal itu terjadi setelah melakukan KB suntik. “Sudah dua tahun dak men. Kadang takut juga. Takut darah kotor numpuk di perut,” ujarnya.

Menurut dr Teddy Rochantoro SpOG, apa yang dialami Rina sebenarnya hal normal. Masalah penundaan menstruasi pada dasarnya merupakan proses penundaan pematangan sel telur, sehingga sirkulasi menstruasi tertunda atau sel telur tidak pernah matang.

Ia menjelaskan, memang ada sebagian alat kontrasepsi hormon mengandung kombinasi estrogen dan progestin, bekerja dengan cara mencegah pematangan dan pelepasan sel telur setiap bulan. Sel telur pun selalu muda dan tidak siap dibuahi. “Inilah yang menyebabkan penundaan pelepasan sel telur, sehingga jika sel telur selalu muda, tidak mungkin ada menstruasi,” ujarnya di Fakultas Kedokteran Unja.

Alat KB yang biasanya menyebabkan hal ini adalah pil atau suntik. “Masalah dampak negatifnya, semua sudah melalui riset yang panjang. Jadi dampaknya sangat kecil, sudah disesuaikan dengan kebutuhan,” jelas Teddy.

Ditambahkan, ada sejumlah pilihan metode hormon untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, bisa pil atau suntik. “Hal tersebut kadang digunakan oleh atlet yang mau bertanding atau pasangan pengantin baru yang takut tertanggu oleh fase menstruasi,” contohnya.

Dengan variasi dalam kombinasi dosis, cara pemberian yang berbeda, penggunaan jenis progestin yang berbeda, dapat memberikan manfaat tambahan di luar kontrasepsi, termasuk menunda proses menstruasi.

Mengenai efek samping penyetopan siklus menstruasi dengan alat kontrasepsi hormon, Teddy mengatakan tidak masalah. Memang beberapa wanita sering mengalami efek berupa kepala pusing dan lemas. “Ini tidak berbahaya,” ujarnya. "Tak ada obat yang tidak memberikan efek samping.”

Umumnya keluhan itu lebih bersifat subjektif. “Jadi tiap-tiap orang bisa berbeda," ucapnya.

Memang sebelumnya, pada dekade 60-an, para wanita sempat khawatir pada penggunaan KB dengan cara suntik dan pil. Hal itu karena adanya penelitian yang menyebutkan bahwa salah satu alat kotrasepsi hormonal, yakni pil KB, bisa menyebabkan kanker indung telur. “Namun setelah diteliti, ternyata itu disebabkan dosis hormon estrogen yang kebanyakan,” ujarnya.

Pada tahun 80-an, pil KB dapat memacu kanker, sebab dosis esterogennya jauh lebih kecil. Namun sekarang sudah melalui penelitian intensif. “Jadi sekarang sudah aman,” tegasnya.

0 komentar:

Posting Komentar