Melatih Otak dengan Brain Gym

SENAM tidak hanya untuk kebugaran tubuh, tapi juga bisa mengasah otak. Salah satunya dengan gerakan-gerakan ringan dari senam otak atau dikenal sebagai brain gym. Dengan senam itu, kita bisa merangsang jaringan saraf sehingga fungsi-fungsinya bisa lebih optimal. Tentu itu akan dapat meningkatkan konsentrasi, ketajamaan memori, kemampuan baca-tulis, kegembiraan, dan pemulihan energi.

Menurut Wiwin bin Adibu, lulusan Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), brain gym bisa dilakukan semua usia. Senam itu juga bisa menjadi pilihan bagi anak-anak agar fungsi otak mereka lebih optimal. “Makanya sangat cocok digunakan di sekolah, terutama oleh guru kepada anak muridnya atau para karyawan yang mengalami stres atau kelelahan saat bekerja,” ujar Wiwin saat berkunjung ke Graha Pena Jambi kemarin.

Brain gym diciptakan oleh oleh Paul Dennison PhD bersama istrinya, Gail Dennisoal. Penelitian mereka kemudian membawa pada kinesiologi yaitu ilmu yang mempelajari gerakan fisik dan kaitannya dengan fungsi otak.

Wiwin menjelaskan, otak terdri atas otak kiri dan kanan. Otak kiri berfungsi untuk berpikir secara logis, rasional, analitis. Sedangkan otak kanan lebih intuitif, merasakan, memadukan, ekspresif, dan kesan umum. Kedua belahan otak itu sendiri dihubungkan oleh corpus callosum. “Proses berpikir baru optimal jika kedua otak bekerja. Misalnya, ketika kita membaca, otak kiri memroses kata dan otak kanan memahami hal yang tersirat dalam kata. Jadi saat membaca cerita, kita menjadi sedih,” ujarnya.

Terkait brain gym, sumbangan terpenting Dennison adalah memetakan gerakan-gerakan tertentu untuk memadukan fungsi otak kanan dan kiri secara lintas belahan menjadi fungsi yang terpadu. Gerakan-gerakan tersebut disebut dennisoan laterality (DLR). “DLR terbukti membantu setiap orang untuk mencapai tingkat optimal kemampuan masing-masing,” terang Wiwin.

Secara umum, lanjut Wiwin, manfaat brain gym dibagi dalam tiga bagian dilihat dari gerakan. Pertama, gerakan lintas belahan (crossing the midline). Gerakan itu penting untuk fungsi membaca, menulis, dan sebagainya.

Kedua, gerakan untuk memperkuat daya tahan beraktivitas (lengthening activities). Gerakan itu membantu menggali hasil-hasil belajar seperti mengerjakan ujian, berpidato, menulis kreatif, dan sebagainya.

Terakhir, gerakan relaksasi pemulih energi. Gerakan tersebut membantu memulihkan tubuh dan pikiran dari stres dan kelelahan.

Depkes Kirimkan Tim Atasi KLB Diare

Untuk membantu penanganan kejadian luar biasa (KLB) Diare di Kec. Cisarua, Caringin dan Cigudeg, Kab. Bogor, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan mengirimkan tim ( Sub Dit Diare, Sub Dit Surveilans dan Penyehatan Lingkungan) ke lokasi terjadinya KLB dengan membawa serta bantuan logistik dan obat-obatan yang dibutuhkan. Tim akan berangkat hari Sabtu, tanggal 29 Agustus 2009.

Sampai dengan tanggal 27 Agustus 2009, berdasarkan pemantauan yang dilakukan Sub Direktorat Surveilans Epidemiologi Ditjen P2PL Depkes terjadi kejadian luar biasa (KLB) Diare di Kec. Cisarua (154 orang), Kec. Caringin (41 orang) dan Kec. Cigudeg (147 orang) dengan jumlah kasus 342 orang. Para penderita telah memperoleh pelayanan pengobatan masing-masing rawat inap di RS. M Gunawan Parto Widigdo Cisarua, rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Cisarua serta rawat jalan di Puskesmas Cibulan, kata Drg. Tri Wahyu Harini, MM, Mkes, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bogor.

Menurut Tri Wahyu, untuk mempercepat pengobatan para penderita Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor juga mendirikan Posko Penanggulangan Diare di Puskesmas Cisarua, droping obat-obatan dan logistik, pelacakan penderita baru, kaporisasi sumber air bersih, koordinasi dengan RS. M Gunawan Parto Widigdo Cisarua, penyuluhan tentang perilaku hidup bersih (PHBS) mengenai pencegahan dan penanganan penyakit diare serta monitoring perkembangan kasus. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Hindari Keintiman Berlebihan saat Pacaran

HASIL survei di plaza dan mal di Jakarta menyebutkan, 42 persen dari remaja berusia 13-20 tahun pernah mengadakan hubungan seks di luar nikah. Temuan itu mengejutkan. Temuan lain, 2,6 juta orang melakukan aborsi setiap tahun. 700 ribu adalah remaja kurang dari usia 20 tahun.

“Makanya persoalan seks bebas harus mendapatkan penanganan serius. Tidak hanya dari orangtua, guru, tapi juga remaja itu sendiri,” ujar dr Asianto Supargo SpKJ dalam seminar kesehatan reproduksi yang digelar IIDI, Sabtu (18/7).

Menurutnya, ada beberapa efek negatif hubungan seks bebas. Pertama, kehamilan remaja dalam kesehatan fisik dan psikologis dalam kehidupan sosial dan masa depan.

Dikatakan, pada kehamilan remaja rentan terjadi di antaranya anemia, kemacetan persalinan karena tulang pinggul yang kurang sempurna, kematian bayi, trauma psikis, depresi, dan isolasi dari pergaulan.

Dalam kehidupan sosial, remaja gagal menikmati masa remaja, penolakan masyarakat, aib keluarga, stempel “anak bejat”, melanggar etik dan moral, dan melanggar ajaran agama.

Untuk masa depan remaja, muncul rasa berdosa, berusaha menggugurkan kandungan, kawin paksa, ketidakbahagiaan, hingga perceraian.

Untuk itu, perlu usaha menghindari hubungan seks pranikah. “Untuk menghindarinya, benteng utama adalah diri sendiri, yakni peribadi masing-masing, terutama remaja putri,” jelas Asianto.

Kemudian menjunjung tinggi ajaran agama, nilai-nilai etika dan moral, memahami berbagai efek negatif yang akan timbul, menghargai nilai diri pribadi, dan menghindari kondisi dan situasi yang bisa mengarah ke hubungan seks pranikah.

Ada beberapa usaha untuk menghindari kondisi dan situasi “berbahaya” waktu pacaran. Pertama, terkait keintiman dan waktu. Semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama pacar, risiko terjadi keadaan berbahaya lebih mudah terjadi. “Awalnya hanya jalan biasa, pegangan tangan, hingga hubungan seks pranikah,” jelasnya.

Kedua, keintiman dan tempat. Pada tempat terbuka, keintiman masih bisa dihindari. Masuk ke tempat biasa seperti bioskop, keintiman akan mulai terjadi. Jika berlanjut ke tempat tertutup, berisiko ke arah seks pranikah.

Ketiga, adanya rangsangan. Pada pria, rangsangan bisa dari mata. Pada wanita, melalui rabaan, pelukan, ciuman, hingga rayuan. “Meski gombal, wanita biasanya suka dirayu,” ujarnya.

Pada tahap lanjut, rangsangan yang diberikan, yang mendapat respons dari pasangan, bisa mencapai titik balik. Pada titik itu, baik pria dan wanita bisa masuk ke hubungan terlarang. “Makanya faktor risiko harus dihindari,” pungkasnya.

Tim Medis RS Persahabatan Berhasil Operasi Hernia Diafragmatika

Tim medis Rumah Sakit Umum Persahabatan yang dipimpin dr. Julli N Kasie Sp.A berhasil melakukan operasi Hernia Diafragmatika tipe Morgagni’s terhadap Lulu Sekar Rahayu (4 bulan) anak pasangan suami istri Ny. Yanti (28 th) dan Tn. Juwatin (28 th) pada tanggal 13 Agustus di Jakarta.

Hal itu disampaikan dr. Clemen Manyahori Sp.Paru, Direktur Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Persahabatan pada jumpa pers tanggal 21 Agustus 2009 di RS Persahabatan.

Menurut dr. Clemen, dalam menjalankan tugasnya dr. Julli N Kasie, Sp.A, dibantu dr. Agung Wibawanto, Sp.BKTV, dr. M. Arman Sp. BKTV, dr. Jalil, Sp.An, dr. Renis Sp.Rad dan dr. Emma Nurhema Sp.A,. Kelainan kongenital Hernia Diafragmatika Morgagni’s adalah kelainan bawaan pada organ diafragma, yaitu adanya lubang pada diafragma yang mengakibatkan isi rongga perut seperti lambung, usus dan hati masuk (terhisap) ke dalam rongga dada sebelah kiri sepanjang 6 cm. Kasus ini pertama kali terjadi di RS Persahabatan dan jarang terjadi di Indonesia. Angka kesakitannya 1 per 100.000 kelahiran dengan total kasus berkisar (3 - 4 %), ungkap dr. Agung. Ditambahkan, tim dokter memutuskan untuk segera melakukan tindakan operasi meskipun berat badan bayi dibawah normal akibat dari asupan makanan yang rendah karena lambung tidak dapat menampung makanan dalam jumlah sewajarnya. Jika operasi tidak segera dilakukan dikhawatirkan akan semakin memperburuk kondisi dari si bayi, tegas dr. Agung. Ketika lahir pada 29 Maret 2009, Lulu ditolong bidan berada dalam kondisi normal dengan berat badan 3 kg dan panjang badan 50 cm. Pada 24 Juli 2009 pukul 12.30, ia dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kurang baik, disertai batuk berulang, sesak napas, napas cepat, wajah membiru dan status gizi buruk (BB 3,8 kg/58 cm), ungkap Ketua tim medis RS Persahabatan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan gambaran infeksi pada kedua paru-paru dan didapati adanya gambaran usus dan isi perut yang berada di dalam rongga dada. Hasil laboratorium darah menunjukkan adanya gambaran infeksi serius sehingga didiagnosis sebagai gangguan saluran pernapasan yang berat yaitu pneumonia, adanya hernia diafragmatika dan kegagalan pertumbuhan. Selama 19 hari sesudah kedatangan ke rumah sakit, dilakukan upaya penanganan keadaan umum pasien yang kemudian dilanjutkan dengan operasi untuk menurunkan isi rongga perut ke kembali ke tempat yang seharusnya, kata dr. Julli. Pasca operasi dilakukan perawatan intensif terhadap bayi Lulu, diantaranya yaitu melakukan pencegahan infeksi, memberikan terapi sesuai program, memberikan PASI dan ASI, dan mengganti balutan luka operasi sesuai protab yang berlaku. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes. go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Dirilis dari: info@depkes.go.id

Penggunaan Suplemen Harus Ada Indikasi

Siti Masnidar

SUPLEMEN mampu melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga vitalitas tubuh, termasuk bagi anak-anak. Hanya saja, penggunaannya harus berdasarkan indikasi. Jangan sampai ada ketergantungan terhadap suplemen ini.

Menurut dokter spesialis anak Sabar Hutabarat, orangtua sering salah kaprah soal penggunaan suplemen bagi anak-anak, sehingga ada yang memberikan suplemen itu secara terus-menerus. Padahal selama anak mengonsumsi susu dan makan dengan gizi seimbang, suplemen tidak diperlukan. “Penggunaan suplemen tetap harus ada indikasi, baik untuk daya tahan tubuh maupun vitamin-vitamin,” ujarnya saat ditemui di apotek Permata Hati di Simpangpulai, baru-baru ini.

Obat Suplemen dapat berupa vitamin, elemen mineral, atau zat gizi lain seperti asam lemak, asam amino, dan zat esensial lain semisal serat. Termasuk di dalamnya bahan berkhasiat yang biasa berasal dari alam.

Ia mencontohkan, pada anak dalam kondisi sakit atau sedang dalam masa pemulihan, penggunaan suplemen memang dibutuhkan. Dalam kondisi itu, makanan suplemen dibutuhkan untuk membantu mencukupi pemenuhan zat gizinya. “Terlebih lagi jika nafsu makan belum baik,” ujarnya.

Pemberian suplemen kesehatan juga disarankan bila menu harian anak kurang lengkap atau nafsu makan anak menurun.

Sebenarnya saat ini banyak vitamin dan zat lain untuk daya tahan tubuh yang dimasukkan dalam kandungan susu. Tidak perlu lagi mencari suplemen lain untuk anak-anak selama mau minum susu. “Apalagi jika makannya lancar,” jelasnya.

Tapi kalaupun harus menggunakan, cermati kandungan yang ada dalam obat tersebut. Ada vitamin yang larut dalam air dan ada yang tidak. Yang larut dalam air, jika berlebihan, akan tetap dikeluarkan oleh tubuh melalui air seni. “Tapi yang tidak akan tetap di tubuh, makanya penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan,” jelasnya.

Saat ini di pasaran juga telah banyak beredar suplemen kesehatan yang berasal dari herbal. Selama suplemen kesehatan yang terbuat dari herbal itu benar-benar murni herbal, tanpa kandungan zat kimia, penggunaan suplemen untuk jangka waktu tertentu tergolong aman.

Terlebih lagi herbal bermanfaat untuk mereduksi kolesterol dan mengandung serat. Herbal sangat dianjurkan bagi anak-anak yang kekurangan serat. Antioksidan juga terkandung dalam herbal.

Antioksidan berfungsi menurunkan kadar oksidan yang memicu radikal bebas, mengingat anak-anak sangat menggemari makanan junk food. Terbukti meski masih berusia belia, tidak sedikit anak-anak yang menderita kolesterol tinggi.

Kenali Jenis Suplemen yang Digunakan

DALAM dunia kedokteran, suplemen kesehatan digolongkan sebagai nutraceutical. Sementara obat-obatan termasuk pharmaceutical. Berbeda dari obat-obatan yang harus diuji efektivitasnya secara klinis lewat serangkaian prosedur, suplemen tidak perlu melalui uji klinis seperti itu.

Karena itu, sebelum memberikan obat suplemen kepada anak, ada beberapa hal yang harus dicermati. Pastikan mengetahui kebutuhan anak akan obat suplemen yang dibutuhkan. Berikan suplemen yang memang khusus diformulasikan untuk anak dan mudah dikonsumsi.

Bagi anak yang tengah mengidap penyakit tertentu, pemberian suplemen tidak menyebabkan kontraindikasi dengan obat untuk penyakitnya. Ketika anak mengonsumsi suplemen, selanjutnya lakukan evaluasi efek suplemen secara periodik.

Orangtua pun harus mempertimbangkan secara cermat kandungan zat-zat gizi dalam makanan suplemen. Kenali pula istilah pada label suplemen, di antaranya asam askorbat yang artinya vitamin C, alphatocopherol adalah vitamin E, sedangkan kalsiferol adalah nama lain untuk vitamin D.

Aturan pemakaian agar efektif, tanggal kedaluwarsa maupun registrasi tidak boleh luput dari perhatian. Akan lebih baik bila memilih suplemen yang tidak mengandung zat pengawet, pewarna, maupun zat tambahan lain.

Pastikan kandungan produk tersebut benar-benar sesuai keterangan pada kemasannya. Ada produk yang mengaku tidak mengandung zat pengawet, tapi dalam komposisinya ternyata tercantum nama asam tertentu yang termasuk dalam kategori zat pengawet.

Menkes Resmikan Bakti Sosial Operasi Hernia, Bibir Sumbing dan Katarak

“Saya atas nama pemerintah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kepedulian RCTI dalam membantu program pemerintah. Saat ini pemerintah mempunyai program Jamkesmas yaitu pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin. Seharusnya semua orang miskin sudah tertampung dalam program ini, tetapi kenyataannya masih banyak warga yang membutuhkan operasi bibir sumbing, hernia dan katarak belum tertampung program Jamkesmas”.

“Saya tidak tahu bagaimana pimpinan daerah dalam menentukan orang miskin yang seharusnya memperoleh Jamkesmas, tetapi tidak mendapatkanya”, ujar Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) ketika meresmikan program Sosial Kemasyarakatan Jalinan Kasih RCTI di halaman RCTI Kebon Jeruk, Jakarta tanggal 19 Agustus 2009.

Menkes menyatakan terkejut mendengar laporan bahwa selama 8 kali Program Jalinan Kasih RCTI dilaksanakan telah melakukan operasi sebanyak 1.860 orang dengan bermacam-macam kelainan. Barangkali diantara pasien yang memerlukan operasi ini juga peserta Jamkesmas. “ Mereka ini tergolong miskin tidak, tetapi kaya juga tidak “ ujar Menkes. Menkes berharap selain RCTI, perusahaan swasta lainnya juga mempunyai program serupa untuk menolong masyarakat kita yang kurang beruntung. Sementara itu Hary Tanoesoedibjo, Presiden & CEO Global Mediacom sekaligus Dewan Pembina Jalinan Kasih RCTI mengatakan, program Jalinan Kasih ini sudah delapan kali diadakan. Pada bakti sosial ke-8 ini dilakukan operasi sebanyak 174 pasien terdiri dari 54 pasien hernia, 57 pasien katarak dan 55 pasien bibir sumbing. Mereka berasal tidak saja dari Jabodetabek, tetapi juga Tegal, Purworejo bahkan dari Flores. Pasien bibir sumbing dan hernia adalah pasien anak-anak berusia minimal 3 bulan untuk bibir sumbing dan maksimal 12 tahun bagi penderita hernia. Sementara untuk operasi katarak ditujukan bagi pasien usia dewasa. Di usianya yang menginjak dua dasawarsa, RCTI melalui Jalinan Kasih terus meningkatkan program kemasyarakatan bidang kesehatan. Dalam bakti sosial ini Jalinan Kasih RCTI bekerja sama dengan RS Mata AINI dan RS Royal Progress Sunter, ujar Hary. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

24 Agustus, Menkes menerima bintang penghargaan LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) yang diserahkan ketua umum LVRI, Letjen TNI (Purn) Rais Abin, didampingi Sekjen LVRI, Mayjen TNI (Purn) HEM Achir. (Pusat Komunikasi Publik Depkes RI 2009)

Kenali Gejala Awal Keguguran

Setiap pasangan suami-istri pasti menginginkan memiliki buah hati. Apalagi pasangan yang baru menikah. Hal itu juga dirasakan Maria (25). Setelah tiga bulan menikah, ia dinyatakan positif hamil.

Namun kebahagiaan itu hanya sesaat. Baru dua bulan usia kehamilan, ia mengalami pendarahan dan akhirnya harus kehilangan janinnya. “Kata dokter karena kecapaian,” ujarnya.

Apa yang dialami Maria juga sering dialami pasangan suami-istri lainnya. Keguguran menjadi ancaman bagi wanita hamil. Apa sebenarnya yang menyebabkan?

Menurut dr Teddy Rochantoro SpOG, penyebab keguguran bervariasi dan biasanya tidak dapat diidentifikasi khusus. Umumnya keguguran selama trimester pertama disebabkan kelainan kromosom. “Kelainan bisa karena adanya permasalahan pada sel telur atau pada sperma,” katanya di Rumah Sakit Theresia.

Penyebab lain bisa permasalahan hormonal, infeksi, atau adanya masalah pada kesehatan ibu hamil. Ada juga yang disebabkan gaya hidup (misalnya merokok, konsumsi obat, kurang gizi, konsumsi kafein berlebihan, dan paparan radiasi atau zat beracun). “Atau proses menempelnya sel telur dalam rahim yang tidak sempurna atau tidak berlangsung dengan benar,” lanjut Teddy.

Kemudian faktor usia juga memengaruhi. Termasuk trauma yang dialami ibu hamil. “Ditambah beberapa faktor yang belum terbukti secara ilmiah, namun sering dikaitkan sebaagi penyebab keguguran, yakni aktivitas seksual saat hamil, bekerja (kecuali bekerja di lingkungan yang berbahaya), atau olahraga ringan,” tandasnya.

Secara umum, setiap ibu hamil memiliki kemungkinan mengalami keguguran. Ibu hamil akan mengalami keguguran berkisar 10–20 persen, dan pada banyak kasus rata-rata keguguran pada ibu hamil mencapai 15–20 persen.

Dikatakan, semakin tua usia ibu hamil, risiko dan kemungkinan terjadi keguguran semakin besar. Ibu hamil sampai usia 35 tahun memiliki kemungkinan keguguran sekitar 15 persen, kemudian ibu hamil usia 35–45 tahun memiliki risiko sekitar 20–35 persen, dan ibu hamil usia di atas 45 tahun memiliki risiko sampai 50 persen. “Sedangkan ibu hamil yang pernah mengalami keguguran juga akan memiliki risiko keguguran 25 persen terjadi keguguran kembali pada kehamilan selanjutnya, sedikit lebih tinggi daripada yang belum pernah mengalami keguguran,” kata Teddy. Karena itu, untuk kasus ibu hamil yang sudah pernah mengalami keguguran, perlu penanganan khusus.

Lalu apa saja gejala awal yang bisa menyebabkan keguguran? Teddy mengatakan, gejala bisa dalam bentuk sakit perut di bagian bawah, nyeri/pegal/sakit punggung sedang sampai parah, lebih parah dari nyeri saat menstruasi normal, berat badan menyusut, keluar lendir putih-pink, kontraksi yang menyakitkan yang terjadi setiap 5–20 menit.

Juga keluar bercak darah merah terang atau kecokelatan. 20-30 persen dari kehamilan biasanya mengalami keluar bercak darah pada awal kehamilan. “Tapi biasanya 50 persen akan kembali normal dan dapat melanjutkan kehamilan. Selanjutnya keluar selaput atau semacam jaringan dari vagina,” tandasnya.

Teddy juga menjelaskan, penting mengetahui jenis-jenis keguguran agar dapat membedakan dan menemukan tindakan yang tepat. Di antara keguguran, ancaman keguguran (threatened miscariage): pendarahan yang disertai tegang pada punggung bagian bawah. Mulut rahim tetap tertutup. Pendarahan dapat disebabkan menempelnya kantung dan calon janin pada dinding rahim.

Selanjutnya ada keguguran tak sempurna (incomplete miscarriage): perut dan punggung sakit disertai pendarahan dengan pembukaan mulut rahim.

Proses keguguran itu dapat terjadi dengan pembukaan leher rahim atau gugur dan keluarnya sebagian jaringan. Pendarahan dan sakit punggung akan terus terjadi selama keguguran tersebut belum terjadi secara sempurna.

Ada juga keguguran sempurna (complete miscarriage): keguguran sempurna terjadi bila seluruh embrio hasil pembuahan keluar dari rahim melalui vagina. Pendarahan, nyeri, dan tegang punggung berkurang drastis.

Secara Kumulatif Kasus Positif Influenza A H1N1 Mencapai 872 Orang

Badan Litbangkes Depkes tanggal 16 Agustus 2009, melaporkan hasil konfirmasi laboratorium positif influenza A H1N1 sebanyak 18 orang, 1 orang diantaranya meninggal, pasien ini memiliki gangguan kesehatan dan hasil laboratorium menunjukkan H1N1. Dengan tambahan kasus baru tersebut secara kumulatif kasus positif influenza A H1N1 berjumlah 872 orang, 4 orang diantaranya meninggal, kata Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, Dirjen P2PL Depkes.
Prof. Tjandra menjelaskan, penyakit influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat namun dapat dicegah.

Cara yang efektif untuk mencegah yaitu menjaga kondisi tetap sehat yakni makan dengan gizi seimbang, beraktivitas fisik/berolahraga, istirahat yang cukup dan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantaranya, mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, bila batuk dan bersin tutup hidung dengan sapu tangan atau tisu. Jika ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor/sekolah/tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter, ujar Prof. Tjandra.

Upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan pemerintah yaitu: penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).

Disamping itu juga dilakukan community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu dirawat di rumah sakit, tambah Prof. Tjandra.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes. go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Menkes Serahkan Penghargaan dan Hadiah kepada 132 Nakes Teladan Nasional 2009

Semua Tenaga Kesehatan adalah pahlawan bangsa, kata Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) ketika menyerahkan penghargaan dan hadiah kepada 132 Tenaga Kesehatan Puskesmas Teladan Tingkat Nasional tanggal 15 Agustus 2009 malam di Kantor Depkes Jakarta.

“Penghargaan pemerintah tidak hanya untuk 132 Nakes Teladan yang hadir di sini, tetapi untuk semua tenaga kesehatan teladan yang terpilih di masing-masing daerah. Bahkan puluhan ribu tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas yang telah bekerja dengan baik dan menunjukkan prestasi kerja yang tinggi, Namun tidak mungkin semuanya ditetapkan secara formal sebagai Teladan Tingkat Nasional “, ujar Dr. Siti Fadilah Supari.

Menkes menyatakan, para Nakes Teladan telah bekerja dengan menggunakan nilai-nilai yang ditetapkan yaitu bekerja pro rakyat, cepat dan tepat, kerja sama tim yang kompak, integritas serta transparan dan akuntabel. “Selama Saudara bekerja dengan lima nilai dasar itu, hasilnya akan selalu baik”, ujar Dr. Siti Fadilah. Sudah banyak hasil pembangunan kesehatan yang dicapai yaitu pelayanan kesehatan sudah semakin baik dan masyarakat sudah semakin sehat. Namun, kondisi itu masih belum optimal karena masih adanya kesenjangan status kesehatan yang besar antar wilayah, antara masyarakat miskin dan kaya serta status kesehatan kita dibandingkan dengan Negara lain, tambah Menkes. Tantangan itu bertambah berat dengan meningkatnya berbagai masalah baru seperti demam berdarah, HIV/AIDS, flu burung, influenza A H1N1 dan lain-lain yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan penduduk sehingga menambah beban pelayanan kesehatan, ujar Menkes. Untuk mengatasi tantangan itu, kata Menkes, Depkes telah menetapkan visi “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan misi “ Membuat Rakyat Sehat”. Untuk mencapai itu dilaksanakan dengan empat strategi utama yaitu: menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan, ujar Menkes. Menkes menambahkan, strategi utama itu dijabarkan dalam 17 sasaran diantaranya yang menjadi unggulan adalah desa siaga di setiap desa dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Pengembangan desa siaga adalah pemikiran yang luhur. Melalui desa siaga kita mengembangkan masyarakat agar mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam mengatasi masalah kesehatan. Konsepnya, sehat harus tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Perilaku hidup sehat, hidup di lingkungan yang sehat serta tahu kemana harus minta bantuan atau harus merujuk bila ada masalah kesehatan yang dikembangkan secara berkelompok atau dalam satu keluarga. Pengembangan desa siaga tidak hanya melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) tetapi peningkatan pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat ikut memikirkan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya, ujar Menkes. Bila tenaga kesehatan di Desa belum tersedia, diupayakan agar tenaga kesehatan di Puskesmas atau Puskesmas Pembantu secara periodik datang memberikan dukungan pelayanan di Poskesdes. Untuk daerah yang belum bisa menempatkan Nakes secara mandiri, Depkes secara bertahap akan membantu penempatan tenaga yang dibutuhkan. Sedangkan daerah yang belum bisa menyediakan bangunan khusus, diharapkan menyediakan ruangan yang layak sebagai tempat Poskesdes. Untuk mewujudkan itu, Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan tahun 2010 akan diutamakan untuk mendukung pengembangan desa Siaga termasuk pembangunan ruangan atau gedung dan alat yang dibutuhkan, tambah Menkes. Selain itu, juga akan dilakukan Reformasi Puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan masyarakat harus komprehensif yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pelayanan pengobatan dan pemulihan. Dengan demikian Puskesmas harus kuat di semua lini, tambah Menkes. Menkes menambahkan program prioritas lainnya adalah pelayanan kesehatan masyarakat miskin (Jamkesmas). Pemerintah telah mengembangkan program Jamkesmas sehingga setiap penduduk miskin dapat berobat di Puskesmas dan dirawat di rumah sakit kelas 3 tanpa dipungut biaya karena sudah disubsidi pemerintah. Menkes menyatakan, dalam pelaksanaannya masih ditemukan banyak masalah diantaranya penyalahgunaan kartu, penggelembungan anggaran, jangkauan dan kualitas yang belum memuaskan. Hal itu harus diatasi secara bersama, ujar Menkes. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin adalah tugas mulia karena meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang menderita. Kita harus memenuhi hak-hak rakyat, karena itu kita harus mampu mensukseskan program tersebut bersama-sama, kata Menkes. Menkes menghimbau kepada seluruh Nakes untuk meningkatkan kinerja. “ Kita padukan bersama barisan dalam pembangunan kesehatan “, kata Menkes. Para Teladan terdiri dari 33 orang tenaga medis (28 dokter umum dan 5 dokter gigi), 33 orang tenaga keperawatan, 33 orang tenaga pengelola gizi/nutrisionis dan 33 orang tenaga kesehatan masyarakat/sanitarian/penyuluh. Mereka menerima penghargaan Menkes, satu unit sepeda motor, satu unit laptop berikut printernya. Selain menerima hadiah, mereka juga akan mengikuti berbagai acara kenegaraan seperti Renungan Suci di TMP Kalibata, peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-64 di Istana Negara tanggal 17 Agustus 2009 serta beraudiensi dengan Menkes, Ketua DPR, MPR dan Presiden RI. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom. publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom. depkes.go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Jangan Suka Menahan BAB

SUSAH buang air besar (BAB) atau dikenal dengan istilah konstipasi, merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa dialami siapa saja. Namun sebaiknya tidak menganggap remeh gangguan itu. Apalagi jika masalah tersebut kerap terjadi.

Menurut dr Ida Yuliati MHKes, konstipasi dapat diartikan sebagai gangguan pada pergerakan saluran cerna bawah sehingga menimbulkan kesulitan dalam buang air besar atau frekuensi buang air besar berkurang.

Frekuensi buang air besar pada tiap individu bervariasi, sehingga kontipasi hanya dapat dinilai oleh si penderita berdasarkan frekuensi buang air besar biasanya. “Sering kali konstipasi dapat sembuh sendiri atau hanya karena perubahan jenis makanan yang dimakan, tetapi konstipasi juga dapat merupakan bagian dari penyakit atau kelainan yang timbul pada saluran cerna bawah,” ujarnya kemarin.

Saluran cerna bawah terdiri atas usus halus bagian bawah (jejunum dan ileum), usus besar, dan dubur. Bila ada gangguan pada salah satu bagian di atas, gejala sembelit dapat muncul.

Pengaturan pergerakan saluran cerna bawah sebagian besar diatur oleh sistem saraf di luar kontrol sadar manusia, kecuali bagian dubur yang dapat diatur secara sadar.

Bila sisa makanan yang telah dicerna masuk ke dalam jejunum dan ileum, akan merangsang sistem saraf usus untuk menggerakkan usus secara simultan dan teratur mendorong sisa makanan ke usus besar.

Setelah sisa makanan sampai ke usus besar, akan terjadi penyerapan air dan elekrolit dari sisa makanan. Kemudian produk sisa tersebut akan disimpan sementara di usus besar. Ketika sudah penuh, produk sisa dibawa ke rectum. “Produk sisa pada rectum inilah yang akan merangsang sensasi ingin buang air besar. Tetapi karena dubur diatur secara sadar, orang dapat menahan keinginan buang air besar untuk sementara hingga sampai ke toilet,” kata Ida.

Karena frekuensi buang air besar tiap individu berbeda, penentuan mengalami gejala konstipasi bila frekuensi buang air besar lebih lama dari biasa. Biasanya disertai gejala kembung dan sakit perut pada bagian bawah. “Bila telah berlangsung lama dan tidak diobati dengan benar, dapat timbul gejala sakit kepala, nafsu makan menurun, rasa tidak nyaman pada perut, dan dapat memengaruhi gaya hidup dan keseharian,” ujar Ida.

Konstipasi sendiri sebenarnya merupakan salah satu gejala yang timbul bila ada gangguan pada saluran cerna bawah. Gangguan itu dapat muncul secara primer, berarti ada penyakit atau kelainan pada saluran cerna bawah. Secara sekunder karena kebiasaan yang salah dan stres atau ada penyakit sistemik yang diderita. “Bisa dalam bentuk gangguan organik di saluran cerna sendiri maupun karena ada penyakit lain seperti diabetes,” jelas Ida.

Tapi umumnya konstipasi terjadi karena kebiasaan hidup yang salah, seperti kebiasaan menahan keinginan buang air besar, makan kurang serat, asupan cairan yang kurang (normal minimal 1,5 liter per hari), cemas yang kronik sehingga memengaruhi kerja otot, stres, kurang latihan fisik/olahraga, pengaruh obat-obatan tertentu, hingga efek samping dari terapi radiasi atau operasi pada daerah rectum-anus yang mengenai saraf.

Mengenai cara penanganan, Ida mengatakan, bila penyebab sembelit adalah kebiasaan yang salah, terapi yang tepat adalah mengurangi hingga menghilangkan kebiasaan yang salah tersebut disertai penggunaan obat pencahar untuk mengeluarkan tinja yang ada.

Bila penyebab sembelit adalah stres emosional, sebaiknya Anda menemui psikiater untuk konsultasi lebih lanjut. “Tapi jika karena ada penyakit lain, harus diobati lebih dulu,” pungkasnya.

Antibiotik Mulai Digunakan pada Perang Dunia II

ANTIBIOTIK mulai diproduksi pertama kali pada akhir 1940-an. Kemudian mulai digunakan secara massal dan banyak digunakan oleh tentara sekutu saat Perang Dunia Kedua. “Sejak itu jutaan nyawa terselamatkan dari infeksi bakteri karena penggunaan antibiotik, sehingga banyak yang menganggap antibiotik adalah obat dewa,” ujar dr HM Syafei di Rumah Sakit Abdul Manaf Kota Jambi.

Ditinjau dari proses pembuatannya, antibiotik dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, antibiotik yang merupakan produk alami. Kedua, antibiotik semisintetik, yang merupakan produk alami tetapi dibuat beberapa perubahan agar lebih kuat sehingga memperluas jenis bakteri yang dapat dibunuh atau untuk mengurangi efek sampingnya. Ketiga, antibiotik sintetik.

Ditinjau dari penggunaannya, secara umum antibiotik dapat dibagi menjadi dua, yakni narrow spectrum yang berguna untuk membunuh jenis-jenis bakteri secara spesifik, contohnya ampicillinamoxycilin (augmentin, surpas, bactrim, septrim). Kemudian broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri di dalam tubuh atau bisa disamakan dengan bom nuklir.

Antibiotik jenis itu dianjurkan dihindari penggunaannya, karena more toxic juga membunuh jenis bakteri lainnya yang sangat berguna untuk tubuh. Antibiotik yang termasuk kategori ini adalah cephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef, duricef, dll).

Penggunaan antibiotik sendiri umumnya untuk infeksi yang disebabkan bakteri. Jika virus akan hilang sendiri sesuai kekebalan tubuh manusia, bakteri adalah mikro organisme yang hidup di sekitar kita. Kebanyakan bakteri tidak berbahaya. Bahkan ada beberapa yang berguna untuk mencerna makanan. “Salah satu kandungan ASI adalah bakteri, namun ada juga bakteri yang dapat menyebabkan infeksi,” ujarnya.

Ia menyebutkan, bakteri berdasarkan sifat fisiknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu gram positif (+) dan gram negatif (-). Infeksi di bagian atas diafragma (dada) umumnya disebabkan bakteri gram (+), sedangkan infeksi di bagian bawah diafragma disebabkan bakteri gram (-). “Umumnya bakteri (+) lebih mudah dilawan,” kata Sayfei.

Sedangkan virus adalah mikro organisme, namun lebih kecil daripada bakteri dan juga dapat menyebabkan infeksi di dalam tubuh. Tetapi tidak seperti bakteri yang dapat hidup di mana-mana walaupun di luar tubuh kita, virus hanya dapat hidup dengan menggunakan sel tubuh kita. Sangat penting untuk diketahui bahwa virus tidak dapat dibunuh dengan antibiotik.

Virus hanya dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita sendiri dan demam merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh.

Tanamkan Kebiasaan Pola Makan Teratur

NOVI (31) sudah berulang kali berkonsultasi ke dokter terkait berat badan anaknya yang tidak mau naik. Padahal berbagai cara sudah dilakukan, mulai memberikan vitamin hingga membuatkan makanan kesukaannya. “Masalahnya susah makan. Ditanya ke dokter, anaknya tidak sakit. Tapi kalau jajan, kuat,” ujarnya.

Apa yang dialami Novi sering dialami ibu-ibu lainnya. Konsumsi makanan selingan berlebihan membuat anak kenyang sehingga sulit mengonsumsi makanan utama.

Menurut ahli gizi Idet Haryanto SKM, anak dengan berat badan kurang memerlukan pengaturan pola makan agar bisa mendapatkan berat badan yang sesuai serta mendapatkan pertumbuhan ideal.

Seperti apa diet yang harus dilakukann? Kasi Gizi Dinas Kesehatan itu mengungkapkan, yang paling penting adalah menanamkan kebiasaan makan yang baik untuk memelihara tumbuh-kembang anak.

Prinsip lainnya yang harus diikuti adalah memberikan makanan sesuai kebutuhan untuk mengejar kekurangan berat badan dan panjang atau tinggi badan. “Yang paling penting mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut dan meningkatkan daya tahan tubuh serta mencegah terjadinya gizi buruk,” ujar Idet di kantornya kemarin.

Ia menjelaskan beberapa prinsip diet yang menjadi panduan dasar, seperti makanan harus memiliki kalori tinggi dan protein. Selain itu, aneka ragam makanan mengacu pada gizi seimbang.

Sementara jenis dan komposisi makanan disesuaikan umur dan selera anak, agar anak gampang menerima makanan yang tersaji. “Upayakan menggunakan bahan alami yang diolah sendiri,” jelas Idet.

Ada beberapa bahan makanan yang dianjurkan, yakni sumber karbohidratnya adalah nasi, nasi tim, bubur, roti, gandum/putih, pasta, jagung, kentang, havermout, sereal, dan singkong.

Sumber protein hewani bisa berasal daging gemuk, ayam, telur, ikan, kerang, udang, cumi, dan sumber laut lain. Sementara sumber protein nabati bisa diambil dari tempe, tahu, oncom, kacang-kacangan (kacang ijo, kacang merah, kedelai), dan jamur.

Selain itu, semua jenis sayuran sangat dianjurkan, baik yang berwarna hijau dan merah, sebagai sumber vitamin A dan F seperti kangkung, daun katu, bayam, wortel, kembang kol, sawi, dan selada.

Lengkapi pula dengan buah-buahan atau sari buah sebagai sumber vitamin A dan C seperti jeruk, apel, pepaya, melon, jambu air, salak, semangka, dan belimbing. Sedangkan pelengkap bisa ditambah susu penuh (full cream), yoghurt, susu kacang, keju, dan mayonnaise.

Menkes Menerima 98 Pemenang Lomba Sekolah Sehat

Dimasa mendatang penilaian lomba sekolah sehat tidak hanya menilai segi fisik saja tetapi juga perlu menilai dari segi perubahan perilaku peserta didik kearah perilaku hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya, kemantapan mental-emosional, mencegah penyalahgunaan narkoba dan tawuran serta pemalakan. Hal itu dikatakan Menkes, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) dalam sambutan ketika menerima pemenang Lomba Sekolah Sehat tahun 2009 di kantor Depkes Jakarta, 13 Agustus 2009.

Menkes menambahkan, pelaksanaan usaha kesehatan sekolah (UKS) harus mengikuti perkembangan masalah kesehatan dan menyesuaikan kurikulumnya seperti memberi pengetahuan tentang HIV AIDS, Flu Burung, Flu Baru (H1N1), Obesitas sebagai faktor risiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, katanya.

”UKS yang dilaksanakan di sekolah, madrasah, pesantren maupun kelompok belajar lainnya dapat memberikan daya ungkit yang nyata terhadap kesehatan anak usia sekolah. Mereka berjumlah besar dan merupakan sasaran yang mudah dicapai karena terorganisir dengan baik. Selain itu mereka sangat cepat menerima informasi dalam rangka pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat”, ujar Menkes.

Menurut Menkes, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memajukan program UKS yaitu harus mulai dikembangkan tidak saja pada anak anak yang berada di institusi sekolah tetapi harus mulai menggarap anak-anak di luar sekolah terutama remaja-remaja yang yang berada di luar sekolah. Kemudian program UKS hendaknya dapat lebih dikembangkan dibandingkan dengan saat ini tidak hanya pada saat akan mengadakan Lomba Sekolah Sehat (LSS) saja, tetapi lebih berkembang di pondok-pondok pesantren dan sekolah-sekolah keagamaan lainnya.

Ditambahkan, kecenderungan perilaku berisiko yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah seperti merokok, minum minuman beralkohol dan melakukan hubungan seks pra nikah mulai bergeser ke usia yang lebih muda yaitu usia sekolah dasar. Karena itu pendidikan dan penyuluhan kesehatan harus ditingkatkan yang dimulai dari pendidikan tingkat dasar sampai sekolah lanjutan, ujar Menkes.

Pemenang Lomba Sekolah Sehat (LSS) tahun 2009 berjumlah 98 sekolah, terdiri dari tingkat Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal 23 sekolah, tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah 26 sekolah, tingkat SMP/Madrasah Tsanawiyah 25 sekolah dan tingkat SMA/Madrasah Aliyah 24 sekolah. Lomba Sekolah Sehat Tahun 2009 diikuti 26 provinsi, sedangka provinsi yang tidak mengikuti Lomba yaitu : Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan dan Riau.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416 – 19 dan 021-52921669, atau melalui alamat e-mail : puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Tambahan 15 Kasus Baru Positif Influenza A H1N1

Badan Litbangkes Depkes tanggal 12 Agustus 2009, melaporkan hasil konfirmasi laboratorium positif influenza A H1N1 sebanyak 15 orang terdiri dari 4 laki-laki dan 11 perempuan, semuanya WNI. Satu orang mempunyai riwayat perjalanan ke Meksiko, sepuluh orang tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri dan empat orang lagi tidak jelas perjalanannya, kata Prof. dr. Agus Purwadianto, SH. Sp. FK, Kepala Badan Litbangkes Depkes.
Tambahan kasus baru berasal dari 5 provinsi yaitu : Banten (4 orang), DKI Jakarta (6 orang), Jawa Barat (3 orang), Kalimantan Selatan (1 orang) dan Sumatera Utara (1 orang)

Sementara itu Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, Dirjen P2PL Depkes menambahkan, secara kumulatif kasus positif influenza A H1N1 sampai 12 Agustus berjumlah 838 orang terdiri dari 463 laki-laki dan 375 perempuan ( 3 orang meninggal dunia ), tersebar di 23 provinsi.

Prof. Tjandra menjelaskan, sejak ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO (11/06/2009), di seluruh dunia sampai 4 Agustus 2009 sudah 168 negara yang melaporkan kasus influenza A H1N1 dengan 162.380 kasus positif, 1.154 diantaranya meninggal dunia (CFR = 0.71%). Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat namun dapat dicegah.

Cara yang efektif untuk mencegah yaitu menjaga kondisi tetap sehat yaitu makan dengan gizi seimbang, beraktivitas fisik/berolahraga, istirahat yang cukup dan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantaranya, mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, bila batuk dan bersin tutup hidung dengan sapu tangan atau tisu. Jika ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor/sekolah/tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter, ujar Prof. Tjandra.

Upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan pemerintah yaitu: penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).

Disamping itu juga dilakukan community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu dirawat di rumah sakit, tambah Prof. Tjandra.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes. go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Menangkal Penyakit Saat Pergantian Musim

MASA pergantian musim biasanya sering mengundang penyakit. Berikut beberapa tip untuk menghindarinya.


Flu

  • Beristirahat cukup. Istirahat yang cukup akan memperkuat daya tahan tubuh.
  • Mencuci tangan. Mencuci tangan sangat penting untuk menghindari penularan. Sebagian virus flu menyebar lewat kontak langsung. Jadi cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan, kalau bisa, dengan air hangat.
  • Hindari kontak dengan penderita. Virus flu tersebar juga melalui udara dan air liur. Oleh karena itu, hindari pertemuan jarak dekat dengan penderita flu.
  • Makan makanan dengan gizi seimbang. Konsumsi makanan yang mengandung phytochemical. Phytochemical adalah bahan kimia alami yang ada pada tumbuhan yang memberi vitamin pada makanan.
  • Berolahraga secara teratur. Sempatkan diri untuk berolahraga. Tak perlu olahraga berat. Yang penting dapat dilakukan secara teratur, seperti joging ataupun senam ringan.
  • Jangan merokok. Perokok berat lebih rentan terserang flu. Asap rokok dapat menyebabkan bagian sistem pernapasan kering, sehingga lebih mudah terserang virus.
  • Minum banyak air. Air berfungsi mengangkat racun-racun yang ada dalam tubuh. Orang dewasa butuh delapan gelas air dalam sehari.


Demam Berdarah

  • Bak atau tempat penampungan air harus ditutup untuk mencegah nyamuk bertelur di tempat itu dan dikuras paling tidak dua kali seminggu, supaya telur-telur nyamuk tidak menetas menjadi jentik.
  • Usir nyamuk dengan obat nyamuk sebelum tidur, atau Anda bisa menggunakan obat nyamuk gosok.
  • Jaga kerapian. Jangan menggantung baju. Lebih baik lipat saja, sebab pakaian yang tergantung bisa menjadi tempat persembunyian nyamuk aedes aegypti. Bersihkan setiap hari meja dan laci yang ada di kamar Anda. Buanglah kertas-kertas yang tak terpakai sebab laci meja yang kotor dan tak terurus juga bisa menjadi sarang nyamuk.
  • Abatisasi. Abatisasi adalah menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air. Abatisasi bisa diulang setiap 2-3 bulan sekali. Abate tidak berbahaya bagi manusia.


Diare

  • Biasakan diri untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dan kaki setelah bepergian.
  • Kenakan alas kaki untuk mencegah penyebaran dan masuknya kotoran atau parasit lewat kulit.
  • Jangan membeli makanan di sembarang tempat.
  • Bersihkan selokan, terutama yang tersumbat, buang sampah pada tempatnya.
  • Perbanyak minum vitamin dan asupan nutrisi untuk menjaga kondisi tubuh.
  • Sediakan selalu oralit di rumah.

Global Fund Kembali Salurkan Dana Hibah 240 Milyar untuk Tanggulangi TB di Indonesia

Pemerintah dan masyarakat Indonesia sepakat untuk menanggulangi Tuberkulosis (TB) untuk mengubah generasi mendatang lebih sehat sehingga terhindar dari gangguan penyakit TB dan kematian akibat resisten obat TB. Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, DTM&H, Dirjen P2PL Depkes pada penandatanganan bantuan hibah 240 miliar rupiah untuk penanggulangan TB di Indonesia dari GF ATM di Nusa Dua, Denpasar Bali, 11 Agustus 2009.

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, DTM&H, Dirjen P2PL Depkes, selanjutnya mengatakan bahwa penanggulangan tuberkulosis merupakan program prioritas yang telah mengalami perkembangan yang berarti selama pelaksanaan strategi StopTB. Perkembangan secara cepat di Indonesia tersebut untuk mencapai target Global pada tahun 2006 dengan angka kesembuhan melebihi 85% dan hal ini dapat juga dipertahankan pada tahun 2008.

Kesuksesan pelaksaaan DOTS tidak lepas dari peranan berbagai mitra seperti LSM, organisasi profesi, akademisi serta organisasi lainnya. Disamping itu juga karena didukung oleh infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai.

Berkaitan dengan pendanaan penanggulangan TB, selain dana dari APBN, APBD dan sumber dalam negeri maka Indonesia telah menerima bantuan donor dari luar negeri. Pada tahun 2000 bantuan hibah Pemerintah Belanda digunakan untuk pengembangan pertama Rencana Strategis Nasional penanggulangan TB sebagai pedoman pelaksanaan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan pengembangan program pelayanan kesehatan lainnya. Pada tahun 2002 bantuan dari negara donor mulai meningkat dan tahun berikutnya berasal dari Global Fund AIDS, Tuberkulosis dan malaria (GF ATM yang ditandatangani pada tahun 2003 (putaran 1) dan tahun 2007 (putaran 5) dengan total 118.903.489 Dolar Amerika Serikat.

Dengan kerja keras semua pihak dan didukung oleh berbagai bantuan yang ada, Indonesia mampu mengembangkan pelaksanaan strategi DOTS secara luas.

Pada proposal ke-3 Ronde 8 pemerintah Indonesia bersama dua mitra yang mewakili masyarakat (PP Aisyiyah) dan Akademisi (FKM UI), menjalankan program dengan tema: “Mengkonsolidasikan Perkembangan dan Memastikan Pelayanan DOTS untuk semua”.

Pada kesempatan tersebut Dirjen PP & PL menyampaikan pernghargaan dan terima kasih atas dukungan mitra GF ATM dan mitra lainnya seperti WHO, USAID, Pemerintah Jerman dan Australia, KNCV, UNDP dan Lembaga Donor lainnya dalam penanggulangan TB.

Acara penandatanganan ini masing-masing dilakukan antara Authorized Principle Recipient (PR) Depkes oleh Dr. Iwan Muljono, MPH Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Prof. Michell Kazatchkine Direktur Eksekutif GF-ATM, Noor Rochmah Ketua Umum PP Aisyiyah dan Dr. Adang Bachtiar, MPH, Wakil FKM Universitas Indonesia, Dr. Arum Atmawikarta, Ketua CCM Indonesia dan Prof. Dr. Sudijanto Kamso, Perwakilan Organisasi Kemasyarakatan yang disaksikan oleh Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(P), MARS, DTM&H, Dirjen P2PL.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Segera Konsultasi ke Dokter

PADA dasarnya gejala flu yang umumnya diderita bisa sembuh dengan sendirinya seiring peningkatan daya tahan tubuh. Meski demikian, bukan berarti tidak butuh penanganan. “Minimal jika flu semakin parah, segera ke dokter untuk memastikan jenis flunya,” ujar dr Ida Yuliati MHKes.

Pengobatan biasanya disesuaikan dengan gejalanya (simptomatis). Bila panas, misalnya, diberikan penurun panas. Bila batuk, diberikan obat batuk, dan bila pilek diberikan obat pilek.

Kemudian segera istirahatkan tubuh. Hindari udara yang terlalu dingin seperti ruangan ber-AC, minuman dingin. Bagi yang merokok, sebaiknya tidak merokok dan menjaga kehangatan tubuh dengan memakai baju hangat seperti jaket.

Yang tidak kalah penting adalah menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan mengonsumsi sayuran serta bauah-buah. Jika perlu, minum suplemen tambahan. Selanjutnya banyak minum air putih, minimal delapan gelas per hari. Minum air putih akan banyak membantu metabolisme sel.

“Memberdayakan Masyarakat, Memperkuat Jejaring Kerja” Kongres Internasional ke-9 Tentang AIDS di Kawasan Asia dan Pasifik (ICAAP), Westin Hotel, BICC-

Denpasar, 10 Agustus, 2009
Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadillah Supari, Sp.JP (K) mengatakan pemberian Anti Retroviral Treatment secara gratis oleh Indonesia, memperlihatkan penurunan angka kematian. Hal itu disampaikannya dalam pidato yang dibacakan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), Dirjen P2PL Depkes pada Kongres Internasional ke 9 Tentang AIDS di Kawasan Asia dan Pasifik (ICAAP) di Westin Hotel, BICC-Denpasar, tanggal 10 Agustus 2009. Kongres yang berlangsung tanggal 9-13 Agustus dihadiri para menteri dan duta duta besar dari Negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Tujuan kongres yaitu untuk membahas, antara lain, isu tentang mobilitas, migrasi, serta isu gender dan penyandang cacat, agar dapat memberdayakan anggota masyarakat seutuhnya dan memperkuat jejaring kerja sehingga mampu merespon AIDS secara efektif.

Menkes RI selanjutnya menyatakan: "upaya yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kesehatan masyarakat dalam penyediaan ART (Anti Retroviral Treatment), menunjukkan peningkatan ketahanan hidup secara signifikan diantara para penderita yang mendapat terapi tersebut."

Kongress ini di selenggarakan untuk mempromosikan pencapaian terbaik secara ilmiah dan serta keingintahuan, menyediakan forum bagi dialog yang bermakna dan bekualitas, mendorong dan memupuk akuntabilitas dan langkah langkah individu atau kolektif dalam menghadapi HIV dan AIDS di Asia dan Pasifik serta memastikan adanya kesinambungan respons bersamaan dengan keterlibatan penuh para ODHA dan kelompok kelompok berpengaruh lainnya dalam masyarakat.

HIV di Indonesia
Perkembangan HIV di Indonesia berbeda dari propinsi ke propinsi. Didalam laporan Departemen Kesehatan, dua propinsi Indonesia timur yaitu provinsi Papua dan Papua Barat sedang menghadapi epidemi umum dengan perkembangan HIV berada pada angka 2,4%.

Bali, pulau cantik di Indonesia dimana konggres internasional ke 9 ICAAP berlangusng adalah provinsi dimana kasus pertama AIDS Indonesia - Acquired Immunodeficiency Syndrome - dilaporkan pertama kali di tahun 1987. Sejak itu jumlah ODHA (Orang Hidup Dengan HIV/AIDS), terus meningkat. Selama dua dekade ini angka Indonesia itu telah berlipat ganda mencapai perkiraan 277.000 kasus.

Dukungan Perawatan dan Pengobatan
Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari juga meyebutkan bahwa Indonesia, dalam hal dukungan perawatan dan pengobatan, telah menerapkan pemberiran Antiretroviral Therapy (ART) di 25 rumah sakit di tahun 2004 dan secara bertahap jumlahnya ditingkatkan menjadi 150 rumah sakit ART di tahun 2007 dan saat ini telah mencapai 234 rumah sakit.

Jumlah ODHA yang sudah masuk perawatan ini ialah 43.118 orang, 21.653 orang pernah diobati dengan antiretroviral (ARV), dan 12.493 orang yang sampai saat sedang dalam pengobatan ARV. Pengobatan ARV diberikan secara Cuma-cuma, karena disubsidi penuh oleh pemerintah. Sekarang ini, terdapat 547 pusat pusat Voluntir Konseling & Pemberian Test (VCT) di seluruh penjuru negeri, yakni pusat pusat yang memberikan dan menyediakan tes dan konseling terus- menerus, yang berafiliasi dengan kelompok kelompok peduli HIV/AIDS di masyarakat. Pengawasan HIV dan penyakit menular seksual (PMS) generasi kedua juga sudah dilaksanakan di negeri ini, sejak lebih sepuluh tahun yang lalu. Dampak yang luar biasa sudah terlihat dengan menurunnya tren kematian, sejak terapi Antiretroviral (ART) diterapkan, dari 46% di tahun 2006, turun menjadi 17% di tahun 2008.

Issu Strategis Indonesia
Kemajuan Indonesia menangani HIV/ AIDS terkendala masih rendahnya pemahaman terhadap cara dan metoda pencegahan dan pengendalian infeksi HIV serta meningkatnya penyebaran infeksi karena PMS dan HIV. Keseluruhan tantangan ini masih belum didukung oleh pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang komprehensif untuk penanganan PMS, HIV/AIDS, serta masih lemahnya kesinambungan manajemen program termasuk pendanaan.

HIV di Kawasan Asia Pasifik

Menurut WHO, kawasan Asia Pasifik mempunyai beban HIV kedua tertinggi, didunia, dengan perkiraan 4,9 juta orang hidup dengan HIV/AIDS. Di kawasan yang padat dan beragam ini, HIV dianggap sebagai epidemi terkonsentrasi, dimana kasus HIV tercatat tertinggi dikalangan populasi berisiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial serta para pelanggan mereka, pengguna Narkoba suntik (Penasun), dan semakin meningkatnya seks antar pria (LSL). Lebih dari 95% kasus HIV di kawasan Asia Pasifik terjadi di 9 negara yaitu : Kamboja, Cina, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea (PNG), Thailand, dan Vietnam. Di 9 negara ini, diperkiraan jumlah ODHA mencapai sekitar 4,5 juta orang.

Namun begitu, mayoritas pengidap yang memerlukan perawatan di negara negara Asia Pasifik masih belum mendapat pengobatan ART. Tantangan pemerintah untuk pengembangan program kedepan termasuk pendeteksian dini atau screening untuk pemberian ART, pemantauan pasien yang lebih baik, desentralisasi dan integrasi ART kedalam sistem pelayanan kesehatan nasional, pengembangan system perawatan nasional untuk mendukung pasien yang memerlukan terapi seumur -hidup, dan memperkuat system monitor pasien untuk meningkatkan kelancaran pemberian perawatan.

Dukungan pendanaan yang terus menerus, baik dari eksternal maupun dari pemerintah akan sangat diperlukan demi kelanjutan momentum untuk kelanjutan perluasan lebih ART. Kawasan Asia Pasifik sudah menunjukkan kemajuan yang sangat mengesankan dalam penyediaan perawatan dan pengobatan yang memadai bagi orang yang terinfeksi HIV.

Kemajuan Indonesia Memerangi HIV/AIDS
Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) mengatakan, "di dalam program pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS, pemerintah telah mengawali suatu pendekatan dengan tema Desa Siaga. Ini merupakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan – termasuk HIV/AIDS. Seperti halnya di negara negara lain, pencegahan serta upaya pengendalian HIV/AIDS di Indonesia masih menghadapi tantangan yang kompleks. Menteri Siti Fadillah Supari, menyatakan: “sangat penting bagi kita semua, untuk bekerja sama dengan erat, demi pencegahan penyebaran penyakit ini serta menjauhi stigmatisasi dan diskriminasi."

"Didalam krisis ekonomi global ini, membutuhkan kepimpinan yang kuat untuk menanggulangi dampak krisis, termasuk dalam program penanggulangan dan pengendalian HIV/AIDS. Kebijakan yang kuat dan tegas, serta dukungan dan fasilitas diperlukan untuk memberikan arah yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat " .

Harapan bagi Sukses di Masa Depan
Kongres Internasional ke 9 Tentang AIDS di Kawasan Asia dan Pasifik (ICAAP) di Bali di bulan Agustus 2009, dengan tujuan mempromosikan kecanggihan ilmu pengetahuan dan keingin tahuan, menyediakan forum dialog yang bermakna dan berkualitas, mendorong akuntabilitas dan memberikan motivasi langkah langkah baik bagi individu maupun kolektif dalam menghadapi HIV dan AIDS di kawasan Asia dan Pasifik serta memastikan kesinambungan respons tersebut. Semua stakeholders pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia dan Pasifik diharapkan untuk berkerja keras mencari jawaban jawaban terhadap perwujudan kerja sama antara berbagai kepentingan dari berbagai negara termasuk memberdayakan orang orang serta memperkuat jejaring kerja untuk mencapai sukses dalam menghentikan epidemi AIDS di kawasan Asia Pasifik dan dunia.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh peserta konggres internasional ke 9 ICAAP ini ialah mencari cara yang lebih baik untuk dapat memberdayakan serta memperkuat jejaring kerja antar masyarakat di kawasan ini. Harapan besar pada konggres ini yaitu memberi hasil hasil berupa ide-ide baru dan segar serta bukti bukti baru dengan cara cara yang lebih baik dalam pengendalian epidemi HIV/AIDS.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Lembar Fakta Ronde ke-8 GFATM di Indonesia

Indonesia berhasil meraih hibah dari The Global Fund untuk beberapa ronde, sejak ronde 1 tahun 2003 untuk ke tiga penyakit AIDS, TB, Malaria dan hingga Ronde 8 untuk tiga penyakit AIDS, TB dan Malaria. Sejauh ini telah di tanda tangani 6 hibah Ronde ke-8 (3 untuk HIV dan 3 untuk TB) dimana 2 dana TB akan dilaksanakan resmi tanggal 11 Agustus 2009 di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Bali. Indonesia adalah negara pertama yang menandatangi dana Ronde ke-8 ini pada April 2009 lalu.

HIV:

Dana HIV ditandatangani pada April 2009 dan dan pencairan dana pertama dilakukan oleh ketiga penerima hibah utama (Principal Recipient/PR). Program ini berjudul "Indonesia Response HIV: Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat Sipil pada Duabelas Provinsi ". Keseluruhan investasi untuk tahap 1 adalah US$ 39.821.706 dari keseluruhan 5 tahun yang disetujui TRP sebesar US$ 126.115.104. Terdapat tiga penerima hibah utama, yaitu Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Indonesia (KPAN), Indonesia Planned Parenthood Association (IPPA) dan Departemen Kesehatan.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi kasus HIV terkait dengan angka kesakitan dan angka kematian pada dua belas propinsi prioritas di Indonesia dan untuk memperkuat masyarakat dan penguatan sistem kesehatan.

Hibah yang ditandatangani dengan Depkes selama dua tahun pertama akan memberikan terapi Methadone ke 4000 pengguna napza dengan jarum suntik (IDU), memungkinkan pengujian untuk 280.000 penduduk lebih pada populasi berisiko dan menyediakan perawatan ARV untuk 19.400 pasien. Pasien yang sedang dalam perawatan ARV di bawah dana putaran ke-4 yang lalu akan dibiayai dengan dengan dana putaran ke-8 dimulai pada 1 April 2010. The Clinton Foundation adalah sub penerima hibah dan bekerja sama dengan Departemen Kesehatan untuk mengatasi masalah perencanaan dan pengadaan .

Dalam kurun waktu yang sama, dengan dana yang dihibahkan melalui KPAN akan menargetkan IDU, pekerja seks, narapidana, MSN dan ODHA. Khususnya, program ini akan mencapai lebih dari 12.000 tahanan dengan program harm reduction (kecuali Methadone diberikan oleh Depkes) dan akan berusaha untuk mencapai 16.000 IDU melalui program pertukaran jarum dan mendistribusikan 14 juta kondom. Sub penerima hibah ini adalah provinsi dan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Dana yang dihibahkan melalui IPPA akan berfokus pada pencegahan dan advokasi untuk MARPs (MSN, IDU dan pekerja seks). Terutama program akan berusaha untuk mencapai lebih dari 77.000 IDU di 12 propinsi (dari total jumlah 143.000) dan hampir 40% dari pekerja seks dengan program pencegahan. Sub-penerima program ini adalah provinsi cabang dari IPPA).

Tuberkulosis:

Departemen Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia dan Aisyiyah akan melaksanakan program TB dana Ronde ke delapan berjudul “Consolidating Progress and Ensuring Quality DOTS for All". Keseluruhan investasi tahap 1 adalah US$ 24, 131.410 dari plafon sebesar US$ 90.185.182 yang telah disetujui selama 5 tahun oleh TRP (Technical Review Team). Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dalam hal beban penyakit TB.

Hibah melalui Depkes akan memberikan obat anti-TB untuk menghindari kekurangan. Hal ini juga bertujuan meningkatkan diagnosis. Hibah ini melengkapi tahap kedua dari Round 5 TB hibah masuk Maret 2009 yang meningkat dengan jumlah US$ 43,2 juta.

Dana hibah yang diberikan melalui FKM Universitas Indonesia akan menguji coba Practical Approach to Lung (PAL) dengan melakukan pelatihan oleh lebih dari 1.600 dokter dan perawat dan renovasi dan meningkatkan kualitas 15 laboratorium (3 nasional, 5 regional dan 7 propinsi). Program ini akan menangani TB-HIV dan TB MDR dengan memastikan infeksi kontrol di Sarana Pelayanan Kesehatan. Satu-satunya yang akan menjadi sub penerima hibah ini adalah Departemen Kesehatan.

Hibah yang ditandatangani Aisyiyah pada bulan Juni 2009 mempunyai target pasien TB dan bertujuan untuk memperkuat DOTS di LSM dan fasilitas kesehatan akan melakukan kegiatan advokasi kepada jajaran eksekutif dan legislatif pemerintah, penjara dan sektor swasta termasuk melakukan kampanye melalui media massa. Sub-penerima program ini adalah propinsi cabang Aisyiyah.

Malaria:

Tim saat ini sedang dalam tahap negosiasi pertama dari 2 hibah untuk malaria sekitar US$ 66 juta dari keseluruhan anggaran sebesar US$ 109, 938.731 yang telah disetujui oleh TRP selama 5 tahun.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Seks Tak Tersalurkan Pengaruhi Emosi

BAGI pasangan suami-istri, aktivitas seks sudah menjadi kebutuhan. Jika tak tersalurkan, akan menjadi masalah tersendiri. Salah satunya bisa membuat emosi tidak stabil.

Menurut dr Teddy Rochantoro SpOG, pada dasarnya aktivitas seks adalah hal yang menyenangkan. Karena itu pada pasangan suami-istri maupun pada orang yang terbiasa melakukannya, akan ketagihan.

“Saat seseorang mencapai orgasme atau ejakulasi pada laki-laki, akan terasa seperti fly. Dan hal tersebut tersimpan pada sistem limbic pada otak manusia,” kata Teddy. “Hal itu yang membuat orang selalu ingin mengulangi aktivitas seks.”

Jika ada halangan sehingga tidak bisa melakukannya, bisa membuat emosi tidak stabil, sebab memori menyenangkan pada saat beraktivitas seks masih tersimpan di otak. “Meski secara medis tidak ada dampak negatif secara langsung pada orang yang jarang melakukan seks atau terhalang untuk berhubungan badan,” jelasnya.

Lalu berapa kali frekuensi berhubungan seks normal? Teddy mengatakan, pada setiap orang berbeda, tergantung kebiasaan dan kesepakatan yang dibangun oleh pasangan.

Ia mencontohkan, seorang suami atau istri terpisah jarak dan jarang melakukan hubungan seks, pada saat berhubungan seks, tercapai kualitas hubungan seks yang sempurna dan memuaskan kedua pasangan, maka masalah kuantitas berhubungan seks tidak jadi masalah. “Sebab kualitas hubungan seks lebih penting daripada frekuensi hubungan itu sendiri,” tandasnya.

Selain itu, jika pasangan suami-istri terpisah jarak dan tidak bisa berhubungan seks, kedua pihak bisa saling mengerti dan saling setia, maka stabilitas emosi akibat pengaruh sistem limbic juga terjaga karena kedua pihak saling maklum.

Ia menegaskan, secara medis belum ada penjelasan ilmiah seks yang tidak tersalurkan akan berdampak negatif bagi kesehatan baik metal maupun fisik. Hanya saja, bagi beberapa orang yang mungkin tidak bisa menjaga emosionalnya, ilustrasi terhadap keindahan dan kenikmatan yang tersimpan dalam sistem limbic akan membuat orang berusaha mengejar kembali apa yang tersimpan dalm memori otak tersebut.

“Jika tidak ditemukan, bisa membuat emosi tidak stabil, uring-uringan, mudah marah, atau lesu tidak bergairah dalam bekerja, sebab ada hal dalam memory otaknya yang ingin ia capai, yakni kenikmatan berhubungan seks tadi, namun terhalangi,” ujar Teddy.

Untuk itu, pada pasangan yang terhalang jarak, yang paling penting adalah komunikasi dan saling pengertian antarpasangan bisa terbangun dengan baik.

Yang tidak kalah penting, saat muncul keinginan, alihkan dengan kegiatan positif. Olahraga juga bisa membantu.

Kemudian bagi yang sulit berhubungan seks karena ada masalah jarak dan lainnya, sebaiknya ciptakan kualitas hubungan yang sempurna ketika ada kesempatan untuk melakukannya. “Perhatikan kualitas daripada kuantitas,” pungkasnya.

Konser Peduli Anak Berkebutuhan Khusus

Hari Kamis kemarin, 06/08/09, Ibu Hj. Ani Soesilo Bambang Yudhoyono secara resmi membuka Konser Peduli Anak Indonesia Berkebutuhan Khusus di Hotel Borobudur Jakarta. Konser diselenggarakan atas kerjasama Departemen Kesehatan dengan Program Indonesia Sehat Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Acara dihadiri beberapa menteri, diantaranya Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K), Anggota SIKIB dan Gubernur DKI Jakarta. Acara ini didukung berbagai perusahaan dan dimeriahkan pagelaran Musik Anak Berprestasi dari Yamaha Boys, pagelaran musik oleh Anak Intervensi Modern Kawai Indonesia, persembahan tari Saman oleh Anak Bertalenta Khusus YPAC Nasional, Permainan Angklung Anak-anak Down Syndrome serta pengisi acara utama Miss. Hee Ah Lee dari Korea. Pada kesempatan tersebut Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) secara simbolis menyerahkan sumbangan kepada 7 Panti/Yayasan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus yaitu: Yayasan Kesejahteraan Penyandang Cacat (YPKC) GBKP Alpha Omega, Kabanjahe, Sumatera Utara, Panti Anak Cacat Terlantar Yayasan Sayap Ibu, Bintaro Tangerang, Banten, Wisma Tuna Ganda Palsigunung Cimanggis, Bogor, Jabar, Yayasan Keluarga Kependidikan Sumberharjo, Pacitan, Jatim, Yayasan Pendidikan Melati Ceria/Panti Anak Berkebutuhan Khusus Budhi Karya-SLB Melati Ceria, Palangkaraya, Kalteng, Panti Asuhan Anak-anak Cacat Bhakti Luhur Kupang, NTT, Tfasana Foundation Rawamangun, Jakarta Timur. Ketua Panitia Konser, dr. SK Amdani Hendarman Supanji, Sp.A (K), MSc yang juga menjabat Direktur Utama RS Anak dan Bunda Harapan Kita dalam laporannya menyatakan bahwa maksud diadakan konser adalah untuk menginspirasi masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus bahwa impian atau cita-cita mereka dapat diraih apabila memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkannya. Juga untuk mengetuk hati para dermawan untuk turut membantu pusat-pusat rehabilitasi atau yayasan yang membina anak-anak berkebutuhan khusus dalam mengembangkan kemampuan dan bakat mereka sehingga dapat hidup mandiri untuk mewujudkan putra-putri Indonesia yang berprestasi walaupun memiliki keterbatasan. Dana yang diperoleh dari dukungan perusahaan-perusahaan tersebut kata dr. SK Amdani, akan disumbangkan kepada yayasan-yayasan yang peduli pada pembinaan anak-anak yang berkebutuhan khusus yang tersebar di berbagai daerah Indonesia. Diharapkan, kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus terus ditingkatkan untuk menjadikan mereka anak-anak yang berkualitas dan mandiri seperti anak-anak pada umumnya, ujar dr. SK Amdani. Anak berkebutuhan khusus (ABK), sekarang disebut anak dengan kebutuhan pendidikan khusus (AKPK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak yang termasuk kelompok ini adalah tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, AKPK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensinya. Contohnya bagi tuna netra memerlukan modifikasi teks bacaan menggunakan huruf Braille dan tuna rungu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dan sebagainya. Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003, jumlah penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk 211.428.572 atau sebaanyak 1.480.000 jiwa.Dari jumlah itu sebesar 21,42 % atau 317.016 anak diantaranya adalah anak cacat usia sekolah (5-18 tahun). Tentang Hee Ah Lee, adalah seorang anak berkebutuhan khusus dari Korea yang menderita ectrodoctyly atau dikenal dengan sindrome capit lobster dan sejak lahir hanya memiliki 4 jari. Hee Ah Lee berhasil menunjukkan determinasi, pelatihan terhadap kemampuannya untuk bermain piano. Pada usia ke-23 sudah mengadakan 27 kali pertunjukan yang mendapat sambutan luar biasa di berbagai negara. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom. depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Pertolongan Pertama pada Asma

PENYAKIT asma adalah salah satu penyakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan, yaitu adanya penyempitan, peradangan, dan kontriksi otot bronkrus.
Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk, atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk, dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita mengembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
Pertolongan pertama pada orang menderita serangan asma sebenarnya mudah dan sangat penting. Apabila terlambat ditangani, dapat berakibat fatal. Caranya sebagai berikut:
1. Pada saat Anda menemui orang yang terkena serangan asma, hendaklah cari tempat yang nyaman (bisa dibawa ke tempat tidur atau ruangan yang memungkinkan penderita dapat beristirahat dengan tenang).
2. Usahakan posisi penderita dalam keadaan setengah duduk dengan pundak bersandar pada bantal atau tembok atau apa saja. Jangan sekali-kali diposisikan dalam posisi tidur! Itu dapat memperparah penyakit yang diderita, sebab saluran pernapasannya dapat tersumbat karena posisi tidur yang salah.
3. Penolong hendaklah tidak panik. Ajak si penderita ngobrol (kalau memungkinkan). Kalau tidak memungkinkan, tenangkan dan hibur penderita. Hal itu dapat sangat membantu kepulihan penderita walaupun hanya sementara.
4. Pijit pada daerah syaraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki (sekitar 3-5 cm), tepat di daerah ruas antara jempol dan jari telunjuk kaki. Teknik pijitnya harus secara perlahan-lahan.
5. Beri penderita air hangat. Walaupun sedikit, berfungsi agar penderita tenang.
6. Bila usaha di atas Anda usahakan selama 15 menit belum ada kemajuan, segera bawa ke dokter terdekat.

Menkes Kukuhkan 8.300 Dasipena DKI Jakarta

Hari Selasa (04/08/09) Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mengukuhkan 8.300 anggota Pemuda Siaga Peduli Bencana (Dasipena) DKI Jakarta di lapangan IRTI Monas, Jakarta Pusat. Anggota Dasipena DKI Jakarta berasal dari 5 wilayah dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Hadir dalam acara tersebut Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Wali Kota 5 wilayah, Bupati Kep.Seribu, para Rektor Universitas, para Alim Ulama dan Tokoh Masyarakat DKI Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, serta Muspida setempat. Dengan diresmikannya Dasipena DKI Jakarta ini, kini telah terbentuk 7 Dasipena yaitu: Sulsel, Jateng, Jatim, Bali, Jabar, Kalsel dan DKI Jakarta.

Menkes dalam sambutannya menyatakan, pembentukan Dasipena merupakan kebutuhan yang mendesak mengingat Indonesia rawan bencana baik bencana alam, bencana karena ulah manusia maupun kedaruratan kompleks.

Kesempatan terbaik untuk menyelamatkan jiwa korban bencana adalah pada saat-saat pertama setelah bencana terjadi. Melalui Dasipena inilah komponen pemuda yang terdiri dari mahasiswa, pemuda pesantren, saka bakti husada, pecinta alam, pemuda partai serta organisasi kepemudaan lainnya ditingkatkan kapasitasnya dengan pelatihan pertolongan pertama pada korban cidera serta dasar-dasar penanggulangan bencana. Dengan terbentuknya Dasipena, keberadaan mereka sangat tepat dan strategis sehingga menjadi faktor kunci dalam penyelamatan jiwa dan mengurangi penderitaan para korban bencana. Diharapkan Dasipena menjadi salah satu bagian tim kesehatan pertama yang akan dimobilisasi selama masa tangap darurat. Dasipena akan mendukung pelayanan kesehatan setempat dalam penanganan korban secara cepat dan memadai, ujar Menkes. Menkes mengharapkan gubernur, bupati/walikota, kepala dinas kesehatan beserta aparat kesehatan lainnya, terutama daerah yang rawan bencana untuk selalu waspada dan mensiagakan tim reaksi cepat kesehatan yang tanggap sehingga dapat membantu masyarakat secara cepat dan tepat. Hal ini semakin dimudahkan dengan terbentuknya Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Regional sejak Desember 2006 di 9 provinsi. Pembentukan PPK Regional DKI Jakarta bertujuan untuk mendukung penanggulangan krisis di wilayah Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan Barat, tambah Menkes. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes, sepanjang tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2009 terjadi peningkatan frekuensi kejadian bencana. Pada tahun 2006 terjadi 162 kali kejadian bencana, tahun 2008, 456 kali kejadian bencana; dan tahun 2009 sampai dengan Juni tercatat 204 kali kejadian. Sedangkan jumlah korban akibat bencana tahun 2006 tercatat korban meninggal 7.618 orang, tahun 2007; 766 orang, tahun 2008; 337 orang dan tahun 2009 sampai bulan Juni sebanyak 233 orang. Korban meninggal akibat bencana dari tahun ke tahun dapat diminimalisir, hal ini dimungkinkan karena upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah beserta segenap jajaran kesehatan dan peran serta masyarakat sudah semakin baik, ujar dr. Siti Fadilah. Menurut Menkes, Depkes selalu memantau setiap kejadian bencana yang berdampak pada masalah kesehatan dan memberikan dukungan sepenuhnya untuk merespons dengan cepat, tepat dan efisien. Dalam hal penanggulangan bencana, pemerintah Indonesia telah menjadikan upaya kesiapsiagaan bencana sebagai prioritas nasional yang diwujudkan dalam Rencana Aksi Nasional untuk Pengurangan Risiko Bencana (disaster risk reduction). Di tingkat global metode penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, melalui WHO disepakati menjadi acuan internasional, ujar Menkes. Ditambahkan, upaya kesiapsiagaan yang telah dilakukan diantaranya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan bertaraf nasional dan internasional dan bersifat manajemen maupun teknis medis. Pelatihan nasional berupa pelatihan manajemen bencana, rencana kontijensi, emergency nursing, advanced trauma life support (ATLS), advanced cardiac life support (ACLS), manajemen obat dan persediaan farmasi, radio komunikasi, RS lapangan, evakuasi korban bencana di perairan dan operasionalisasi perahu karet serta pelatihan RHA (rapid health assessment). Sedangkan pelatihan internasional yang telah dilakukan yaitu international training consortium on disaster risk reduction (konsorsium internasional pelatihan pengurangan risiko bencana) di Makassar, Yogyakarta dan Surabaya. Total petugas yang telah dilatih selama kurun waktu tahun 2006 – 2008 sebanyak 4.513 orang. Tahun 2009 ini, masih terus dilakukan pelatihan-pelatihan bagi petugas, bahkan pelatihan bencana bagi para wartawan, tambah Menkes. Dasipena ke-1 diresmikan di Makassar, Sulawesi Selatan tanggal 5 Mei 2008 dengan melatih 1.600 orang, Dasipena ke-2 di Semarang, Jawa Tengah tanggal 31 Juli 2008 dengan melatih 4.500 orang, Dasipena ke-3 di Surabaya, Jawa Timur tanggal 19 Agustus 2008 dengan melatih 5.000 orang, Dasipena ke-4 di Denpasar, Bali tanggal 14 Oktober 2008 dengan melatih 1500 orang, Dasipena ke-5 di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 20 Desember 2008 dengan melatih 2.000 orang dan Dasipena ke-6 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan tanggal 31 Desember 2008 dengan melatih 2.000 orang. Saat ini tercatat 4 wilayah lagi yang sudah siap dikukuhkan yaitu Manado, Sulawesi Utara, Palembang, Sumatera Selatan, Medan, Sumatera Utara dan Banda Aceh, NAD. Total petugas Dasipena mencapai 28.300 orang. Selain itu, bangsa ini juga sedang menghadapi pandemi influenza A H1N1. Kasus positif influenza A H1N1 secara kumulatif sampai tanggal 2 Agustus 2009 sebanyak 561 kasus, dengan rincian laki-laki 308 orang, perempuan 253 orang dan meninggal 1 orang. Kasus influenza A H1N1 ini ditemukan di 18 provinsi yaitu: DKI Jakarta, Bali, Banten, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah dan Lampung, tambah Menkes. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes. go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Masyarakat Tidak Perlu Ragu Melakukan Imunisasi

Imunisasi merupakan upaya medis untuk mencegah terjadinya suatu penyakit. Dalam agama Islam, imunisasi sah menurut hukum (absah secara syar’i) sehingga masyarakat tidak perlu ragu untuk melakukan imunisasi sepanjang materi atau bahan yang digunakan tidak berupa unsur yang haram. Demikian disampaikan Dr. H.M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Seminar yang diprakarsai Studi Islam Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Senin, 3 Agustus 2009, di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.

Program imunisasi terbukti menurunkan angka kesakitan dan kematian karena infeksi pada bayi secara drastis. Namun, sering ada pendapat salah tentang imunisasi yang menimbulkan keraguan dan penundaan, bahkan penolakan. ”Padahal penundaan atau penolakan imunisasi akan membawa risiko terkena infeksi bagi anak bersangkutan”, kata dr. Hartono Gunardi, Sp. A (K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dengan makin banyak bayi atau anak yang mendapat imunisasi, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi makin jarang terlihat. Di lain pihak, rasa ketakutan kepada efek samping vaksinasi yang berlebihan menjadi lebih dominan dibandingkan ketakutan terhadap penyakitnya, kata Prof. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp. A (K), Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

”Selama ini banyak persepsi yang salah tentang imunisasi dimata masyarakat. Mulai dari imunisasi menyebabkan anak menjadi demam, imunisasi itu berbahaya, bisa menyebabkan kesakitan dan bahkan kematian. Pendapat itu tidak benar sama sekali. Vaksin yang diberikan dalam imunisasi merupakan produk yang sangat aman. Hampir semua efek samping vaksin bersifat ringan (minor) dan sementara seperti pegal di lengan atau demam ringan. Berdasarkan hasil penelitian Institute of Medicine tahun 1994 menyatakan bahwa risiko kematian akibat imunisasi adalah amat rendah”, ujar dr. Hartono.

” Pendapat yang salah tentang imunisasi perlu diketahui dan diantisipasi agar pemberian vaksin terhadap anak tetap berjalan dengan baik”, tambah dr. Hartono.

Anak harus mendapat imunisasi karena dua alasan, yaitu anak harus dilindungi dan imunisasi dapat melindungi anak-anak di sekitarnya yang tidak mendapatkan imunisasi apabila cakupan imunisasi tinggi, kata dr. Hartono.

Anggapan bahwa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sudah tidak ada di negara kita sehingga tidak perlu imunisasi, juga tidak benar. ” Angka kejadian sejumlah penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi telah menurun drastis di Indonesia. Namun, pelancong (wisatawan) dapat membawa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio, campak, hepatitis B dan lain-lain serta menimbulkan wabah di Indonesia, tambah dr. Hartono.

Cegah Infeksi.

Apabila anak mendapat vaksinasi, 80-95 persen akan terhindar dari infeksi berat dan ganas. Makin banyak bayi atau anak mendapatkan imunisasi, kian berkurang penularan penyakit sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian, ujar Prof. Sri Rezeki.

Program imunisasi di Indonesia diselenggarakan sejak tahun 1956, yaitu dengan pemberian imunisasi cacar. Selanjutnya pada tahun 1973 dimulai pemberian imunisasi BCG, diikuti pemberian imunisasi TT pada ibu hamil pada tahun 1974 dan imunisasi DPT untuk bayi pada tahun 1976. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas sesuai dengan anjuran WHO sebagai upaya global dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.

Imunisasi rutin diberikan kepada bayi 0-11 bulan, anak sekolah, dan ibu hamil serta calon pengantin wanita. Pelayanan imunisasi rutin dapat dilaksanakan di beberapa tempat, antara lain Puskesmas/Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit, klinik KIA, dan praktek dokter/bidan swasta.

Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia mengacu pada kesepakatan internasional The Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2003 yang meliputi target ke-4 tentang penurunan angka kematian anak, dengan salah satu indikatornya adalah mereduksi kematian akibat campak pada anak usia <5>

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416 – 19 dan 021-52921669, atau melalui alamat e-mail: puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Sesak Napas Bisa Menahun

SESAK napas (dyspnea) merupakan masalah kesehatan yang sering kita temukan. Penyakit itu bisa diderita siapa saja, mulai anak-anak hingga orang dewasa.
Menurut dr Ida Yuliati MHKes, sesak napas biasanya muncul mendadak. Gejala itu tidak bisa dianggap remeh sehingga harus mendapatkan penanganan khusus.
Sesak napas dapat disebabkan beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah pada paru-paru, sampai pneumonia. Bisa juga muncul saat kehamilan. “Dalam bentuk kronisnya, sesak napas merupakan suatu gejala penyakit-penyakit seperti asma, emfisema, dan berbagai penyakit paru-paru lainnya,” kata Ida.
Secara medis, sesak napas merupakan perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis.
Proses dan gejala sesak napas tergantung tingkat keparahan dan penyebabnya. Rasa sesak itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls (rangsangan) ke otak dari saraf yang berakhir di paru-paru, tulang iga, otot dada, atau diafragma, ditambah persepsi dan interpretasi penderita.
Pada beberapa kasus, sesak napas diperhebat karena kegelisahan memikirkan penyebabnya. Penderita dyspnea juga sering merasakan rasa sesak napas yang tidak menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada, merasa tercekik, atau rasa kejang di otot dada.
Secara umum, sesak napas digolongkan menjadi dua golongan, yakni dyspnea akut dengan gejala tiba-tiba terjadi. Penyebab dyspnea akut antara lain penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung, atau trauma dada.
Kedua, dyspnea kronis. Gejalanya menahun, dapat disebabkan asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, dan kelainan pita suara.
Untuk mengatasi sesak napas, biasanya obat yang diberikan adalah obat-obatan yang melebarkan saluran pernapasan yang menyempit. Sedangkan untuk menghindari sesak napas terjadi berulang, perlu diketahui dan diobati penyebabnya. “Misalnya obat TBC bila sesak napas karena penyakit TBC, obat asma bila karena penyakit asma,” ujarnya.
Kemudian sesak napas yang sifatnya ringan pada wanita hamil, tidak memerlukan obat pereda sesak napas. Sesak napas yang ringan umumnya tidak berbahaya dan tidak memengaruhi jumlah oksigen yang didapat bayi dalam kandungan,” ujar Ida.
“Namun bila wanita hamil tersebut mengalami sesak napas yang berat dan mempunyai penyakit asma, konsultasikan segera ke dokter kandungan untuk mendapatkan penanganan yang tepat bagi ibu dan bayi yang dikandung,” lanjut Ida.
Untuk mengatasi sesak napas pada wanita hamil, disarankan menjaga posisi tubuh dengan benar, seperti duduk atau berdiri dengan tegak, kurangi dan perlambat pergerakan seperti berjalan dengan lebih lambat, serta memberi sandaran pada tubuh bagian atas saat tidur.