Perawatan Gigi Susu Tentukan Bentuk Gigi Dewasa

ADA beberapa faktor membuat seseorang tampak indah dan menarik. Salah satunya senyum yang menawan dengan susunan gigi geligi rapi. Sayangnya, tidak semua orang memiliki susunan gigi geligi yang baik dan teratur. Lalu apa yang menyebabkan gigi tidak teratur?

Menurut, Drg. P. Sitanggang, M.Kes, secara garis besar penyebab gigi tidak teratur adalah penyebab langsung dan tidak langsung. Adapun, penyebab langsungnya, anatara lain, Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya (premature loss).

Gigi susu akan goyang akibat tekanan dari gigi tetap dan lama-kelamaan akan tanggal sesuai dengan waktu pergantiannya. Proses ini berlangsung normal secara fisiologis. Tetapi ada gigi susu yang tanggal sebelum waktunya karena beberapa hal, misalnya karena karies gigi atau trauma (benturan/jatuh).

“Hal ini menyebabkan gigi tetapnya kehilangan arah/petunjuk untuk tubuh dan terjadi penyempitan ruangan. Akibatnya gigi tetap akan tumbuh diluar lengkung gigi,”ujar Sitanggang.

Penyebab langsung berikutnya, yakni, karena gigi yang tidak tumbuh/tidak ada (missing teeth). Karena berbagai faktor ternyata tidak semua orang memiliki jumlah gigi yang normal, adakalanya gigi seseorang tidak tumbuh.

Gigi geligi yang biasa tidak tumbuh pada rahang atas adalah gigi Insisivus (seri) pertama dan kedua, premolar (geraham kecil) kedua dan molar (geraham besar) ketiga.

Sedangkan di rahang bawah gigi premolar kedua dan molar ketiga. “Apabila seseorang mengalami kelainan ini, maka pada lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong sehingga tampak celah antara gigi (diastema), atau bisa juga dikarenakan, gigi yang berlebih (supenumerary teeth),”jelasnya.

Kelainan ini merupakan kebalikan dari gigi yang tidak tumbuh. Gigi berlebih ditunjukan dengan pertumbuhan gigi lebih banyak jumlahnya dibandingkan jumlah normalnya. Apabila gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi berjejal (crowding),”jelas Sitanggang.

Sitanggang, menyebutkan, bisa juga dikarenakan tanggalnya gigi tetap, atau gigi tetap terpaksa dicabut bila berlubang besar dan tidak mungkin lagi dilakukan penambalan, sehingga terdapat ruang kosong pada lengkung gigi dan gigi tampak renggang (diastema).

Selain itu,bisa juga dikarenakan gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens). Kelainan gigi ini merupakan kebalikan dari kelainan premature loss. “Dimana gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan tampak berjejal,”sebut Sitanggang lagi.

Adakalanya, dikarenakan bentuk gigi tetap tidak normal. Karena beberapa hal, seseorang bisa memiliki satu atau lebih gigi dengan bentuk tidak normal. Misalnya gigi seri kedua rahang atas yang bentuknya konus/pasak, sehingga lebih kecil dibandingkan yang lainnya.

Akibatnya terdapat ruang kosong antara gigi dan gigi tampak renggang. Selain itum, kebiasaan-kebiasaan buruk. Anak-anak yang sering melakukan kebiasaan buruk berulang-ulang dapat berakibat kelainan pada gigi dan jaringan pendukungnya.

Sedangkan, penyebab tidak langsung dari susunan gigi tidak teratur, yakni, segala hal yang menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh, secara tidak langsung juga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan rahang dan gigi geligi, seperti, faktor keturunan (genetika).

Seorang anak yang mengalami kelainan posisi gigi bisa diturunkan dari kedua orang tuanya. Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang rahang) kelas III Angle (cakil) kemungkinan akan mempunyai anak dengan kondisi gigi yang serupa.

Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah karena setiap orang tua pasti akan mewariskan gen-gen (sifat menurun) kepada anak-anaknya, faktor gangguan pada janin (kongenital).

Berikan Contoh dari Orangtua

KETIDAKTERATURAN gigi dapat dicegah saat usia anak prasekolah dan sekolah dasar, yakni pada usia 3-11 tahun.

Menurut drg Polisman Sitanggang, ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam mencegah gigi tidak teratur, yaitu pendekatan psikologis. Secara psikologis anak-anak belum peduli dengan keberhasilan dan kesehatan giginya. Karena itu, peran orangtualah untuk mengajarkan pada anak tentang perlunya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.

Memberi contoh dan membiasakan menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur pada si anak, misalnya. Setelah si anak secara psikologis dapat menerima perawatan, butuh konsultasi ke dokter gigi untuk diambil tindakan bila dipandang perlu. “Seperti mencabut gigi susu yang belum tanggal sedangkan gigi tetapnya sudah tumbuh,” ujarnya.

Kemudian penambalan gigi susu yang berlubang agar tidak tanggal sebelum waktunya. Pembuatan alat (space maintainer) untuk mempertahankan posisi ruangan gigi yang telah tanggal sebelum waktunya serta mencegah dan menghilangkan kebiasaan buruk.

Kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh anak-anak seperti mengisap jari, bernapas melalui mulut, dan proses penelanan yang salah. Karena itu, orangtua harus mengetahui kebiasaan buruk si anak dan mencegahnya sejak dini. “Bila anak sudah melakukan kebiasaan buruk, orangtua segera berkonsultasi ke dokter gigi untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut sebelum terjadi kelainan gigi,” tegas drg Sitanggang.

Untuk Cegah Flu Babi : Penumpang Wajib Kenakan Masker

Untuk mencegah penularan Influenza A H1N1 (flu babi) di Indonesia, Pemerintah mewajibkan semua penumpang dari negara terjangkit mengenakan masker setibanya di terminal kedatangan luar negeri. Mereka juga diwajibkan melewati thermo scanner (alat pemindai suhu tubuh) sebelum keluar dari bandara. ”Kalau sebelumnya masih banyak penumpang mem-by pass dari thermo scanner, sekarang tidak boleh lagi”, ujar Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Ir. Aburizal Bakrie yang didampingi Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) saat jumpa pers usai memimpin Rakor Kesra di Jakarta tanggal 29 Juni 2009.

Kebijakan tersebut diambil dalam Rapat Koordinasi bidang Kesejahteraan Rakyat yang dipimpin Menko Kesra Ir. Aburizal Bakrie dan dihadiri Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K), Menteri Perhubungan, Ir. Jusman Syafii Djamal, Wakil dari Menlu, Menkeu diwakili Dirjen Anggaran, Depdagri diwakili Dirjen Pemerintahan Umum, Depdiknas diwakili Dirjen Dikti, Ketua Pelaksana Harian Komnas Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (FBPI) Dr. Bayu Krisnamurthi, Dirut PT Angkasa Pura I dan II, serta Kepala Administratur Bandara Soekarno Hatta Cengkareng.

Menko Kesra menambahkan, Pemerintah berupaya mencegah terjadinya penularan influenza A H1N1 antar manusia di Indonesia setelah ditemukannya 8 orang positif karena tertular dari luar negeri. ”Kami memutuskan untuk memonitor, melaporkan dan mengkoordinasi penanggulangan influenza A H1N1 dan mendukung proses penanganan yang dilakukan Menkes dan jajarannya seperti pembentukan Posko Depkes untuk menangani masalah ini”, ujar Aburizal Bakrie. Menurut Menko Kesra, dalam Rakor juga membahas persiapan-persiapan yang diperlukan untuk menghadapi beberapa event internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia pada bulan Agustus 2009 seperti Konferensi Internasional AIDS di Bali dan Sail Bunaken di Manado. Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari yang diberi kesempatan menjelaskan penanganan kasus flu babi di Indonesia oleh Menko Kesra menyatakan, saat ini jumlah kasus positif Influenza A H1N1 berjumlah 8 orang. Mereka terdiri dari 4 orang warga negara Indonesia, 3 orang warga negara Australia dan 1 orang warga negara Inggris yang berdomisili di Australia. Kesemuanya tertular dari Australia dan Singapura, jadi merupakan kasus impor. Dari 8 orang tersebut, 1 orang sudah sembuh dan boleh pulang, sedang 7 orang lainnya masih dirawat di RS yakni 4 orang di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta, dan 3 orang WN Australia dirawat di RS Sanglah Denpasar, Bali. “Berkat upaya-upaya yang dilakukan Depkes dan jajaran kesehatan di seluruh Indonesia serta kerja sama dengan lintas sektor terkait, alhamdulillah belum terjadi penularan antar manusia di Indonesia”, ujar Dr. Siti Fadilah Supari. Untuk mencegah penularan virus yang kemungkinan terbawa para pendatang dari negara terjangkit mereka diwajibkan mengenakan masker sebelum keluar dari bandara. Masker akan disediakan oleh pemerintah dan harus dikenakan selama 3 hari, sesuai dengan masa inkubasi penyakit ini yaitu 3 – 7 hari, ujar Menkes. Sejak WHO menetapkan flu babi sebagai public health emergency international concern (PHEIC) tanggal 25 April 2008, Depkes telah menetapkan 6 langkah antisipasi yaitu : 1. Penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan yang dilakukan dengan pemasangan thermo scanner, pemberian health alert card, penyiapan alat pelindung diri (APD) dan lain-lain. 2. Logistik terutama penyediaan obat tamiflu dan pendistribusian sampai ke Puskesmas. 3. Penyiapan 100 rumah sakit rujukan, obat, APD, keteresdiaan ruang isolasi dll. 4. Penguatan surveilans epidemiologi yang dilakukan dengan mengintensifkan surveilans ILI di 20 Puskesmas, surveilans SARI di 15 RS sentinel dll. 5. Penguatan laboratorium dengan mengintensifkan laboratorium regional dan pemenuhan reagensia. 6. Komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan dengan penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas melalui berbagai saluran komunikasi yang ada. Menkes menegaskan, Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita. Saat ini sebagian besar penyakit adalah ringan dan sembuh dengan baik. Menkes menghimbau masyarakat untuk senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan mengeringkan dengan tisue atau lap bersih. Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila sakit dengan gejala Influenza supaya mengenakan masker dan tidak berdekatan dengan anggota keluarga yang lain dan segera menghubungi petugas kesehatan. Menghindari bepergian apabila sakit dan berhati-hati bila berkunjung ke luar negeri. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Organ Vagina Butuh Perawatan Khusus

SELAIN tubuh bagian luar, organ vagina juga tidak kalah penting dirawat. Ada cara khusus yang perlu dilakukan untuk mencegah masuknya kuman.

Menurut dr Ida Yuliati, cara perawatan organ intim wanita yang terbaik ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar (BAB): “Cara membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya,” ujarnya.

Mengapa demikian? Bila terbalik membasuh, kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.

Soal penggunaan sabun, dr Ida juga menyarankan agar menggunakan sabun lunak (dengan PH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-PH netral. Ia juga menyarankan menghindari pemakaian berbagai jenis pembersih vagina, sebab di dalam vagina sebenarnya ada mekanisme alami yang diperankan oleh bakteri normal.

Kemudian bila membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun dan sejenisnya, hanya di bagian luar. Gunakan sabun bayi karena biasanya memiliki PH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal). Bila masih ada sisa sabun yang tertinggal, dapat menimbulkan penyakit. “Setelah dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tisu, tetapi jangan digosok-gosok,” jelasnya.

Hindari juga pemakaian berbagai jenis pembersih vagina, sebab di dalam vagina sebenarnya telah ada suatu mekanisme alami untuk mempertahankan keseimbangan keasaman vagina. Mekanisme itu diperankan oleh bakteri normal yang secara alami terdapat dalam vagina. “Apabila keseimbangan tersebut terganggu, bakteri baik dalam vagina akan mati dan malah akan berkembang bakteri jahat yang dapat menimbulkan penyakit,” sebutnya.

Ida juga menekankan jangan menggunakan bedak untuk daerah kewanitaan, termasuk juga pada bayi, terutama bayi perempuan. Menurut penelitian terbaru, pemakaian bedak pada daerah tersebut, terutama pada bayi, dapat berdampak buruk. Mengapa demikian? Bedak tersebut dapat masuk ke dalam vagina yang di kemudian hari dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti tumor (granuloma, dsb).

Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus-menerus juga tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan saat keputihan banyak, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit. Begitu juga pemilihan pembalut wanita, sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel. Gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa gatal.

Selain itu, soal pemakaian celana, sebaiknya tidak menggunakan yang ketat, karena bisa menyebabkan kulit sulit bernapas.

Jangan Anggap Remeh, Eksim di Payudara

Bagi ibu menyusui, luka bekas gigitan anak pada payudara mungkin biasa. Apalagi terkadang ada yang sampai membentuk eksim alias koreng.

Tapi gejala itu sebaiknya tidak dianggap remeh. Apalagi jika tak kunjung sembuh. Koreng pada puting bisa jadi merupakan gejala kanker payudara yang dikenal dengan penyakit paget.

Menurut dr Hj Ida Yuliati MHKes, penyakit paget pada puting susu adalah sejenis kanker payudara yang pertama kali muncul sebagai luka terbuka pada puting susu yang berkeropeng dan bersisik. “Kadang juga ada cairan yang keluar dari puting susu,” ujarnya kemarin.

Paget memang jarang terjadi dan hanya berkisar 1 persen dari semua kanker payudara. Biasanya terjadi pada wanita berusia 50 tahun.

Mengenai penyebab, Ida mengatakan, hingga saat ini belum diketahui pasti. Penyakit itu umumnya pertama kali tumbuh di dalam saluran air susu pada puting susu.

Ia menjelaskan, gejala dari paget adalah kulit pada puting susu dan areola (daerah berwarna cokelat di sekelilling puting susu) tampak merah dan meradang serta membentuk keropeng dan borok. Kadang juga mengalami perdarahan.

“Kondisi luka terbuka pada puting susu tidak sembuh-sembuh dan disertai gatal-gatal dan perih, biasanya unilateral atau hanya satu puting susu yang terkena,” jelas Ida. Kadang disertai benjolan pada payudara, namun kadang tidak.

Secara umum, penyakit paget pada puting susu menyerupai eksim, dermatitis, atau psoriasis. Oleh karena itu, agak sulit membedakan penyakit paget dari beberapa penyakit eksim,, dermatitis atau psoriasis tersebut.

Jika muncul eksim di daerah payudara, sebaiknya tidak malu segera memeriksakannya. Jika memang dicurigai gejala penyakit paget, biasanya akan dilakukan biopsi pada kulit dan jaringan payudara di bawahnya, sitologi kerokan kulit, serta mammogram.

Lakukan Perawatan Gigi secara Benar

PERAWATAN gigi secara rutin dan teliti merupakan salah satu cara untuk mencegah masalah gigi, termasuk gejala gusi berdarah. “Yang penting rajin menggosok gigi minimal dua kali sehari secara baik dan benar,” ujar drg Polisman Sitangggang MKes.

Jika perlu, rutin membersihkan karang gigi, kemudian memoles permukaan gigi sampai licin. Termasuk karang gigi yang melekat di bawah gusi.

Tidak hanya itu, selalu mengonsumsi makanan yang bergizi, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, juga banyak membantu. Nutrisi dalam sayuran dan buah biasanya banyak mengandung vitamin seperti vitamin C yang bisa membantu mencegah gusi berdarah.

Jika gusi berdarah sudah terjadi, untuk pengobatan sesaat, segera periksakan diri ke dokter gigi untuk memastikan kondisi kesehatan mulut. “Sehingga dokter akan memberikan terapi obat dan tindakan memperbaiki kondisi gusi,” sebutnya.

Kemudian ia juga menyampaikan cara menyikat gigi yang benar. Pertama, pilihlah bulu sikat yang halus dan ujung kepala sikat gigi yang kecil agar dapat menjangkau ke bagian gigi paling belakang. Gigi yang menghadap pipi disarankan disikat dengan gerakan memutar dari atas ke bawah, diawali dengan bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi dan mengarah ke akar gigi.

Gerakan menyikat sebaiknya jangan horizontal, dari kiri ke kanan, karena ruang di sela gigi tidak terjangkau oleh bulu sikat. “Selain itu, gerakan horizontal yang disertai tekanan yang berlebihan dapat merusak perlekatan gusi dengan gigi sehingga menyebabkan resesi gusi,” paparnya.

Jangan Anggap Remeh Gusi Berdarah

ANDA pernah mengalami gusi berdarah saat menggosok gigi? Itu salah satu gejala peradangan gusi atau gingivitis. Gingivitis biasanya ditandai gusi bengkak, warnanya merah terang, dan mudah berdarah dengan sentuhan ringan.

Menurut drg P Sitanggang MKes, gingivitis dapat disebabkan beberapa hal, antara lain kebersihan mulut yang buruk, penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar), dan efek samping obat-obatan tertentu yang diminum secara rutin. Penyebab lainnya adalah kekurangan vitamin C.

“Jika sisa-sisa makanan tidak dibersihkan tuntas, menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Akibatnya, terjadi infeksi pada gusi dan tulang yang menopang gigi,” ujarnya.

Sitanggang menyebutkan, ada beberapa gejala gingivitis (periodontal disease) seperti jarak antara gigi semakin renggang, dan gusi menyusut sehingga pangkal gigi semakin terlihat. Adakalanya gigi tanggal sebelum waktunya, atau bisa juga timbul rasa nyeri pada gusi. “Bau mulut yang muncul juga gejala dari peradangan gusi,” tambahnya.

Secara umum, kata Sitanggang, peradangan pada gusi dimulai dari munculnya karang gigi atau plak yang terbentuk di sekitar gusi. Karang gigi itu disebabkan saliva atau air ludah agak kental dan juga disebabkan kurang perhatian terhadap kebersihan gigi dan mulut.

Selanjutnya akan terjadi kerusakan pada jaringan gigi. Pada tahap ini, tulang penyangga gigi dan jaringan yang menyangga gigi di tempat yang terinfeksi tersebut sudah mengalami kerusakan. “Itulah yang menyebabkan jarak antara gigi semakin renggang dan gusi menyusut,” tukasnya.

Jika itu terjadi, gusi mulai membentuk kantong, yang akan menjadi perangkap bagi sisa-sisa makanan yang menempel dan menjadi plak. Tahap yang paling parah ketika terjadi advanced periodontitis.

Itu merupakan tahap yang paling parah dari penyakit gusi. Pada tahap tersebut, jaringan dan tulang yang menyangga gigi telah hancur. Hal itu bisa menyebabkan gigi goyang bahkan tanggal. “Kondisi itu menyebabkan keompongan pada usia muda atau sebelum waktunya,” kata Sitanggang.

Hal tersebut tentu mengganggu kenyamanan saat mengunyah. Apalagi jika tak dilakukan perawatan rutin terhadap gigi. Pada akhirnya gigi harus dicabut, karena sudah rusak dan keropos.

Ikuti Latihan Meditasi dan Hipnoterapi

JAMBI - Meditasi adalah salah satu cara melatih diri untuk mendapatkan jiwa yang tenang dan lebih sabar. Selain itu, meditasi juga merupakan cara yang bisa dilakukan untuk membentuk tubuh dan jiwa yang sehat. Hal itulah yang menjadi salah satu agenda penting dalam pelatihan Pabajja yang digelar Vihara Sakyakirti Kota Jambi.

Menurut Wakil Ketua III Generasi Muda Buddhis Sakyakirti (GBSJ) Heri, meditasi merupakan salah satu kegiatan penting yang harus diajarkan dan dilatih dalam kegiatan Pabajja. Selain itu, kegiatan tentu bermanfaat baik tidak hanya bagi mental sang anak, tetapi juga bagi kesehatan mereka. Itu karena meditasi bisa menyembuhkan penyakit psikosomatik (penyakit yang bersumber dari batin, tapi gejalanya timbul pada jasmani) dapat disembuhkan.

Dari pantauan Jambi Independent, kegiatan para upasaka dan upasika dimulai dengan senam pagi. Senam untuk menyegarkan dan menyehatkan tubuh. Olahraga yang dimulai pagi hari tentu berdampak baik bagi tubuh. Acara dilanjutkan latihan meditasi. Setiap anak harus duduk di satu bantal yang disediakan. Dengan mendengarkan instruksi dari biku yang merupakan pengisi materi, mereka mulai berlatih.

Setiap anak diharuskan duduk bersila dengan tangan di atas paha. Tidak lupa mereka memejamkan mata. Suasana dibuat sehening mungkin sehingga setiap anak bisa mencapai konsentrasi penuh. Mencapai konsentrasi penuh bukan hal mudah. Setiap anak harus mengikuti setiap petunjuk dan instruksi dari pelatih.

Itu pemandangan yang menarik. Puluhan anak berkumpul, menggunakan jubah, dan berkepala plontos. Meskipun usia mereka masih sangat muda, semangat mereka untuk berlatih menjalani kehidupan biku sangat besar. Itu tentu menjadi salah satu cerminan bagi umat Buddhis yang lebih dewasa untuk becermin pada semangat anak-anak. “Mereka terlihat sangat menikmati kegiatan ini. Meskipun harus berpisah sementara dari orangtua, mereka tidak mengalami kesulitan sama sekali. Itu adalah salah satu bentuk kemandirian mereka yang harus terus dilatih sehingga saat mereka dewasa bisa bersikap lebih mandiri,” beber Heri.

Selain latihan meditasi, para peserta Pabajja juga berlatih relaksasi total. Caranya, semua peserta dipersilakan tidur. Sebelum tidur, mereka disuruh mendengarkan beberapa nasihat dan petunjuk sehingga tidur yang mereka lakukan bisa sangat bermanfaat dan benar-benar merasakan tidur yang nyaman dan sehat.

Acara dilanjutkan dengan menonton bersama. Film yang ditonton adalah film yang mengajarkan ajaran Buddha, yang dirangkai menjadi satu cerita menarik. “Dari film yang ditonton, mereka bisa belajar mengambil pesan dari cerita tersebut. Selain itu, apa yang dilihat dan didengar dari film tentu bisa membawa manfaat tersendiri bagi mereka,” bebernya.

Rangkaian pelatihan Pabajja juga akan ditutup dengan acara Pindapatta. Pindapatta adalah salah satu tradisi yang dilakukan para biku. Saat ini umat diberi kesempatan berdana kepada biku dengan cara memberikan persembahan berupa kebutuhan sehari-hari. Biku berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya sambil membawa satu mangkok sebagai tempat meletakkan persembahan makanan.

Hal sama juga akan dilakukan para peserta Pabajja. Menurut Heri, rencananya pada Minggu (28/6), mereka akan melakukan Pindapatta yang akan didampingi para biku Sangha. Para peserta yang terdiri atas upasaka dan upasika itu akan berkeliling dan menerima dana dari umat sekitar Vihara. Dari kegiatan itu, para peserta Pabajja akan benar-benar merasakan dan berlatih mengikuti cara hidup seorang biku. “Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi langsung mempraktikkannya sehingga benar-benar bisa merasakan cara hidup seorang biku yang harus mengikuti delapan sila yang merupakan dasar ajaran Buddha,” ujarnya.

Menkes Resmikan Pos Kesehatan Pesantren

Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada hari Kamis, 4 Juni 2009 meresmikan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Pondok Pesantren Nurul Huda, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

Pada kesempatan itu Menkes juga secara simbolis meresmikan 8 Poskestren lainnya yang tersebar di berbagai Pondok Pesantren (Ponpes) binaan LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), yaitu Ponpes Al-Mutawwa, Serang Banten, Ponpes Nurul Aini Cilandak, Ponpes Nurul Iman Bogor, Ponpes Baitul Amal Bandung, Ponpes Al-Kautsar Cirebon, Ponpes Al-Hidayah Banjar Baru, Kalsel, Ponpes Nurul Islam Samarinda, Kaltim, serta Ponpes Raudhatul Jannah, Sulsel.

Dalam sambutannya Menkes mengatakan Poskestren didirikan sebagai salah satu dari grand strategy Departemen Kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat dalam hidup bersih dan sehat. Poskestren ini bertujuan untuk menjaga kesehatan siswa, pengajar dan pengelola pesantren. Disamping itu juga diharapkan agar pesantren mempunyai peran yang penting didalam menjaga kesehatan masyarakat diwilayahnya masing-masing. Menkes berharap agar Poskestren bisa melayani semua santri/santriwati dan masyarakat sekitarnya tanpa membedakan apapun juga, karena kesehatan adalah hal yang sangat universal dan mendasar bagi kemanusiaan. Maka didalam melayani orang yang sakit dan orang yang susah jangan dibeda-bedakan. Menkes mengharapkan agar jangan sampai ada lagi terdengar berita pasien miskin ditolak untuk berobat oleh pihak rumah sakit dengan alasan apapun juga, terlebih lagi oleh rumah sakit pemerintah. Menkes juga berpesan kepada aparat pemerintah Lampung, khususnya Bupati Lampung Selatan agar menjaga dengan baik program Jamkesmas yang diluncurkan oleh Depkes. Serta terus mendorong untuk terwujudnya Jamkesmasda di Lampung karena kesehatan merupakan modal yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Lebih lanjut dikatakan Menkes bahwa tahun 2009 ini Depkes telah menyetujui untuk mendirikan 30 Poskestren lagi dari total 63 Poskestren yang diajukan oleh LDII, disamping 19 Poskestren yang sudah disetujui sebelumnya. Hal ini menunjukkan komitmen dan perhatian pemerintah, dalam hal ini melalui Depkes untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat, khususnya bagi mereka yang kurang mampu atau berada di daerah yang minim fasilitas kesehatannya. Hadir pula dalam acara tersebut adalah perwakilan dari Gubernur Lampung, Bupati Lampung Selatan, perwakilan dari DPRD Lampung, perwakilan dari Kapuskabangkes Depkes, Kepala Dinas Kesehatan Lampung, Ketua Umum DPP LDII, serta para ulama dan tokoh masyarakat lainnya. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Lagi, Satu Penderita DBD Meninggal

BENGKALIS - Virus dengue kembali merenggut korban. Senin malam (22/6) seorang bocah warga Kelapapati Tengah Bengkalis meninggal dunia di RUSD Bengkalis. Nyawanya tak terselamatkan karena virus dengue sudah menyerang pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah pecah (DSS).

Dengan demikian hingga Juni 2009, dari sebanyak 105 kasus DBD di Kabupaten Bengkalis, 3 orang diantara meninggal dunia, sementara yang lainnya bisa diselamatkan. Melihat tingginya angka penderita DBD, tak bisa tidak masyarakat harus mandiri untuk hidup sehat sebagai upaya memberantas sarang nyamuk aides agepty yang menularkan virus dengue

Informasi dari Direktur RSUD Bengkalis Dr Abdul Mutholib Rambe pada juni 2009 ini saja tercatat sebanyak 23 penderita DBD dan 3 orang meninggal dunia. Sementara saat ini yang masih dirawat sebanyak 5 orang satu diantaranya dirawat di ICCU, namun sudah dapat ditangani.

Kepala Dinas Kesehatan Bengkalis Edi Setiawan kemarin (23/6), mengakui jika satu lagi warga meninggal karena DBD. Pihak Diskes katanya langsung melakukan epidemiologi (PE) yakni melakukan penyelidikan. Dan dari penyelidikan yang dilakukan fogging harus dilakukan.

“Fogging baru dilakukan jika sudah ada kasus, dan ini sebenarnya kurang efektif dalam mengatasi persoalan DBD, karena hanya bersifat mematikan nyamuk, bukan memberantas sarang dan jentik-jentik. Justru yang harus dilakukan itu menerapkan pola hidup sehat. Dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat mandiri. Artinya untuk membersihkan lingkungan sebagai upaya pencegahan berkembangbiaknya nyamuk, bukan atas perintah atau menunggu ada gotong royong, namun atas kesadaran sendiri membersihkan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang sehat,” jelasnya.

Menurutnya, tingginya kasus DBD memang sudah diprediksi, dimana prediksi secara analisis dalam 5 tahun terakhir, diperkirakan kasus DBD akan mencapai puncaknya pada bulan Juni-Juli dan September 2009. “Dan ternyata prediksi kita benar, hingga akhir Juni ini sudah tercatat 105 kasus DBD, 3 orang diantaranya meninggal dunia,” terang Edi.

Kendati kasus DBD dikatagorikan cukup tinggi, namun belum bisa dikatakan sudah KLB (kejadian luar biasa), karena jumlah penderita belum melebihi dari bulan yang sama tahun sebelumnya,

Secara penanganan medis sebagaimana diungkap Edi sudah tak ada masalah, yang perlu menjadi perhatian kesadaran warga untuk tidak menunggu-nunggu jika ada demam. Artinya jika mengetahui anak demam harus segera mendapat penangannan medis dengan membawa ke sarana kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Karena perekmbangan biakan virus dengeu sangat cepat. Jika virus tersebut sudah masuk ke pembuluh darah, apapun upaya yang dilakukan, tidak akan membuahkan hasil.

Dan yang tepenting adalah menerapkan pola hidup dan lingkungan yang sehat. Tiga M sudah satu keharusan jika tidak mau tertular nyamuk aides agepty.

“Saya sudah beritahu Camat bagaimana supaya di lingkungan bisa dilakukan gotong royong, dan camat katanya juga sudah menyampaikan ke kepala desa.. Harapan kita masyarakat dengan penuh kesadaran bisa hidup bersih secara mandiri, karena upaya yang paling effektif mmemberantas DBD memang adalah dengan lingkungan dan hidup yang bersih,” tambahnya.

Dirilis dari: Harian Jambi Independent

Gigitan Ikan Baik untuk Kesehatan

Menurut dr Idrat S SpS, secara khusus belum ada penelitian medis terkait manfaat terapi spa ikan. Namun ia tidak menampik, jika dikaji secara logika medis, terapi spa ikan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang mungkin bisa bermanfat bagi kesehatan, antara lain gigitan ikan merupakan satu sentuhan terhadap saraf sensorik. Sentuhan itu bisa menimbulkan reaksi positif berupa rasa senang.

Menurutnya, setiap sentuhan pada ujung-ujung saraf manusia akan menghasilkan enzim. “Enzim tersebutlah yang diduga bisa menyebabkan efek menyenangkan,” kata Idrat. Namun tidak kalah penting, pada terapi spa ikan, banyak fungsi rekreasi di sana,

Antara lain efek gigitan ikan akan memberikan sensasi yang juga tidak kalah menyenangkan, sehingga ada efek penyegaran pada otak. Selain itu, setiap ujung saraf memiliki rasa peka tersendiri

Sentuhan air yang dingin juga bisa membuat efek positif bagi sensasi otak berupa rasa segar dan fresh.

Tinjauan mengenai dampak gigitan ikan bisa menghaluskan kulit, ia membenarkan hal tersebut. Secara tidak langsung hal itu bisa membantu menghaluskan kulit. Meski efektivitasnya belum bisa dikaji secara ilmiah, secara teori hal tersebut ada benarnya. Untuk menciptakan kulit halus, sel-sel kulit mati harus dilepaskan. Dengan lepasnya sel-sel kulit mati, ada regenerasi pada bagian kulit tersebut.

Yang pasti, ada banyak fungsi rekreasi pada terapi spa ikan. Di dalam dunia medis, rekreasi juga merupakan salah satu unsur penyembuhan, walaupun pada pengobatan medis unsur rekreasi cuma unsur penunjang.

Jika ditinjau dari sisi kesehatan secara umum, rekreasi sangat penting. Perasaan bahagia dan senang juga merupakan unsur kesehatan mental, dan kesehatan mental berhubungan langsung dengan kesehatan fisik.

“Buktinya, jika seseorang dalam tekanan dan stres berkepanjangan, orang tersebut akan gampang terserang berbagai penyakit. Jadi berbagai sensasi pada terapi spa ikan sangat berguna untuk kesehatan,” tegasnya.

Menkes Laporkan Dua Kasus Influenza A H1N1

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) hari ini melaporkan dua kasus positif Influenza A H1N1. Keduanya merupakan kasus impor, artinya mereka tertular dari negara lain. Mereka itu adalah WA (Pria, 37 tahun) pekerjaan pilot. Sebelum sakit, WA pada tanggal 14 Juni terbang ke Perth, Australia dan kemudian tanggal 18 Juni pergi ke Hongkong. Pada tanggal 19 Juni, WA masuk RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dengan keluhan demam. Kondisi kesehatan pasien membaik dan saat ini masih diisolasi di rumah sakit tersebut.

Kasus kedua adalah BM (Wanita, 22 tahun) warga negara Inggris tinggal Melbourne Australia. Ia berkunjung ke Bali tanggal 19 Juni. Tanggal 20 Juni merasa panas dan batuk. Kemudian berobat ke rumah sakit dengan membawa Health Alert Card yang didapat dari Bandara Ngurah Rai dan langsung dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. Kondisi pasien saat ini baik dan masih diisolasi di rumah sakit tersebut.

Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) kepada para wartawan dalam dan luar negeri di Kantor Depkes Jakarta, 24 Juni 2009 berkaitan dengan ditemukannya dua kasus Influenza H1N1 di Jakarta dan Denpasar.

Dalam jumpa pers yang didampingi Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL, Prof. dr. Agus Purwadianto, SH, Kepala Badan Litbangkes dan dipandu dr. Lily Sulistyowati, Kepala Pusat Komunikasi Publik Menkes menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia sudah siap dalam penanggulangan Influenza A (H1N1) baru ini.

Departemen Kesehatan telah menetapkan langkah-langkah untuk mengatasi penyakit yang sudah merebak di 99 negara di dunia, dengan :

  1. a. Meningkatkan kewaspadaan di seluruh jajaran kesehatan serta mengirimkan Surat Edaran baru dari Menkes dan Dirjen P2PL yang menyatakan adanya kasus influenza H1N1 baru di Bali dan Jakarta
  2. b. Meningkatkan aktivitas semua fasilitas kesehatan di RS, KKP, Laboratorium dan sarana kesehatan lainnya
  3. c. Meningkatkan kesiapan logistik serta kemampuan SDM
  4. d. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (Jumpa Pers, Iklan Layanan Masyarakat, Talkshow di Radio dan Televisi, Poster dan Leaflet)
  5. e. Masyarakat dapat menghubungi Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) : Telp. 021 4257125; Fax : 021 42877588 ; Email : poskoklbp2pl@yahoo.com ; Call Center : 021 30413700; Website Depkes : www.depkes.go.id dan www.penyakitmenular.info

Dalam kesempatan tersebut, Menkes menegaskan kembali bahwa Influenza A Baru (H1N1) ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita. Saat ini sebagian besar penyakit adalah ringan dan sembuh dengan baik.

Menkes menghimbau masyarakat untuk senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan mengeringkan dengan tisue atau lap bersih. Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila sakit dengan gejala Influenza supaya mengenakan masker dan tidak berdekatan dengan anggota keluarga yang lain dan segera menghubungi petugas kesehatan. Menghindari bepergian apabila sakit.

Kasus Influenza A H1N1 juga dilaporkan oleh negara-negara yang berdekatan dengan Indonesia yaitu Australia, Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, Papua New Guinea dan Vietnam. Sampai dengan 24 Juni, telah dilaporkan oleh 99 negara dengan jumlah penderita seluruhnya 52.160 orang dengan 231 kematian dengan angka kematian 0,4%.

Selain dua kasus positif influenza A H1N1, Menkes juga menerima laporan adanya 4 WNI juga positif. Setelah berkoordinasi, keempat pasien tersebut tidak tinggal di Indonesia melainkan tiga orang berdomisili di Singapura dan 1 lagi berdomisili di Australia. Selain keempat orang itu, adalagi seorang pegawai Depkes yang sedang mengikuti pelatihan Influenza A H1N1 di Beijing diduga terkena flu babi dan seorang lagi di Makao.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Nikmatnya Spa Keluarga

Banyak hal yang dapat dilakukan bersama keluarga di akhir pekan, misalnya memanjakan tubuh dengan spa. Di Jambi, kebanyakan praktik spa beramai-ramai dilakukan kaum wanita, yakni ibu dan anak-anak gadisnya.

Dian (32), seorang karyawati swasta di Kota Jambi, melakukan perawatan spa di salon setiap dua minggu sekali. “Biasanya saya spa bersama anak saya,” katanya saat ditemui di sebuah rumah kecantikan kemarin (20/6).

Menghilangkan penat setelah hari-hari sibuk adalah alasan Dian meluangkan waktu melakukan perawatan di salon. “Hari ini saya pilih perawatan spa rambut,” ungkapnya.

Dian hari itu mengajak anaknya yang beranjak remaja untuk ikut spa. “Dengan creambath spa tidak hanya badan yang di-massage, kepala juga dipijat lembut,” ujarnya.

Kansa (9), sang anak, juga melakukan perawatan yang sama. Hanya saja tidak bisa bersamaan dengan ibunya. “Salonnya ramai, jadi terpaksa antre,” kata Dian seraya tertawa kecil.

Ia mengatakan, anaknya sangat menyukai perawatan spa. “Mungkin karena dia sudah mulai beranjak remaja, jadi ingin ikut mamanya terus kalau ke salon,” kata Dian.

Lalu apa manfaat spa menurut mereka? “Sehabis perawatan, rasanya diri lebih cantik,” kata Dian sambil tersenyum ramah.

Ia mengatakan, perawatan diri, khususnya spa, dapat menunjang penampilannya. “Juga lebih dekat lagi dengan anak gadis saya,” terangnya.

Kansa mengaku menikmati perawatan spa yang dilakukan bersama sang ibu. “Rambutnya jadi wangi,” katanya polos. Di saat spa bareng itu, Kansa berkesempatan curhat kepada sang mama tentang kegiatannya sehari-hari.

Perawatan lulur spa sekeluarga juga dilakukan keluarga Zaimah (50). Hari itu Zaimah membawa serta kedua putrinya untuk melakukan perawatan bersama-sama. “Mungkin dimulai dari perawatan muka hingga lulur spa,” katanya saat ditemui koran ini di rumah cantik wanita Hj Nurhuda.

Ratna Juwita (19) dan Novia Atika (17) adalah nama kedua putri Zaimah. “Kami rutin lakukan perawatan di sini dua kali seminggu. Tapi akhir pekan ini kami ingin lekukan perawatan spa,” katanya.

Kenyamanan juga diakui Zaimah setelah melakukan perawatan spa. Menurutnya, badan jadi bersih dan wangi. “Dulu wajah anak saya kusam, sekarang sudah mulai cerah,” ungkapnya.

Novia lebih memilih melakukan perawatan bareng dengan ibu dan kakaknya. “Lebih nyaman saja kalau sama keluarga,” terangnya. Dia mengatakan, tubuhnya menjadi lebih ringan setelah melakukan perawatan.

"Usai Spa, Enaknya Dibawa Makan" .

Usai spa bareng, masih ada agenda lain yang sering dilakukan satu keluarga, misalnya mencari makanan ringan atau menghabiskan waktu bersama sambil jalan-jalan keliling Kota Jambi.

Ayu mengatakan, “Kalau saya lagi ke salon, bapak dan anak laki-laki saya berenang dulu sambil menunggu saya selesai perawatan.” Sehabis perawatan tubuh, dia akan dijemput suami dan anaknya.

Biasanya Ayu dan keluarga menghabiskan waktu setelah perawatan ke pusat keramaian. “Kalau badan sudah ringan, dibawa jalan-jalan pun enak,” katanya. Ayu juga biasanya langsung mencari tempat makan favorit keluarganya.

Hal senada juga dikatakan Novia yang biasa melakukan perawatan bersama sang ibu. “Habis ini kami ajak ibu jalan-jalan,” katanya. Novia mengatakan, ayahnya akan segera menjemputnya ketika perawatan selesai dilakukan.

“Makanan biasanya tujuan utama setelah melakukan perawatan,” ungkapnya. Novia mengatakan, menghabiskan waktu bersama keluarga sangat penting. “Apalagi ibu dan ayah sama-sama kerja.”

Menkes: Keputusan Vaksin Meningitis Wewenang MUI

Keputusan tentang haram atau halalnya suatu produk termasuk vaksin meningitis yang digunakan para jemaah calon haji, umrah dan pekerja musiman adalah kewenangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Keputusan pemberian imunisasi meningitis bagi calon haji, umrah dan pekerja musiman bukan kemauan/keputusan Departemen Kesehatan, melainkan ketentuan dari Pemerintah Arab Saudi yang mengharuskan setiap orang yang akan haji, umrah maupun yang akan bekerja di sana disuntik vaksin meningitis.

Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) usai bersilaturahmi dengan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia di Kantor MUI Jl. Proklamasi Jakarta 16 Juni 2009.

Sekretaris Umum MUI Drs. H. M. Ichwan Sam yang mendampingi Menkes kepada wartawan menyatakan, dalam silaturahmi tersebut dari MUI hadir jajaran Pimpinan Harian, unsur Komisi Fatwa dan unsur Lembaga Pengkajian POM MUI. Menurut Drs. H.M. Ichwan Sam, kedatangan Menkes ke MUI adalah untuk bersilaturahmi dan menyamakan persepsi tentang beberapa hal khususnya masalah vaksin meningitis yang diwajibkan oleh Pemerintah Saudi Arabia bagi seluruh jemaah calon haji dan umrah. Selain itu, antara Depkes dengan MUI sudah sejak lama bekerja sama dan akan terus berlanjut. MUI akan menangani vaksin meningitis secara hati-hati, secara ikhtiar agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Karena hakekatnya baik MUI maupun Depkes memiliki tugas masing-masing dan sama-sama untuk melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya, ujar Drs. H.M Ichwan Sam. Hal-hal yang berkaitan dengan vaksin meningitis, ujar H.M. Ichwan Sam, MUI masih akan mengadakan rapat untuk menentukan Fatwanya terhadap vaksin meningitis yang akan digunakan umat Islam pada musim haji yang akan datang. Mengapa MUI mengambil keputusan seperti itu, karena di dalam berfatwa prinsipnya perlu berhati-hati untuk menjaga umat dari kemungkinan menggunakan zat-zat yang haram. MUI sedang menunggu balasan surat dari Pemerintah Arab Saudi untuk mendapatkan penjelasan mengenai kewajiban pemberian vaksin meningitis. Menjawab pertanyaan wartawan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menegaskan ketentuan pemberian vaksin bagi calon jemaah haji dan umroh adalah dari Pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi mengharuskan setiap orang yang akan menjalani ibadah haji dan umrah maupun pekerja musiman diberi suntikan vaksin meningitis. Kalau tidak disuntik, maka dia tidak akan mendapat visa, ujar Menkes. Tentang fungsi vaksin meningitis, Menkes menegaskan, pemberian vaksin meningitis manfaatnya untuk mencegah jangan sampai tertular meningitis apabila ada salah satu atau beberapa jemaah yang bersama-sama melakukan ibadah haji menderita meningitis. Karena penyakit meningitis itu mematikan, ujar Menkes. Tentang informasi bahwa Malaysia telah memproduksi vaksin meningitis yang bebas dari unsur porcein, Menkes Dr. Siti Fadilah telah mendapatkan informasi langsung dari salah seorang Direktur Lembaga Halal Malaysia ( Direktur Sijjil) Tn. Zainal Abidin Bin Jaffar yang menyatakan sampai saat ini Malaysia belum bisa memproduksi vaksin meningitis sendiri. Malaysia menggunakan vaksin yang sama dengan vaksin yang digunakan oleh Indonesia maupun negara-negara Islam lainnya. Di waktu-waktu mendatang, Indonesia berupaya untuk dapat memproduksi vaksin meningitis sendiri. Karena Indonesia sudah berpengalaman memproduksi vaksin-vaksin untuk imunisasi dasar seperti BCG, DPT dan Polio bahkan vaksin tersebut sudah diekspor ke berbagai negara dan 35% kebutuhan vaksin dunia dipasok dari Indonesia. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Bobo di Kamar Sendiri, Ya! Sayang

BEGITU waktu tidur tiba, si balita tiba-tiba sudah siap-siap di tempat tidur kita. Padahal kita sudah mengajarinya tidur di kamarnya sendiri. Bagaimana supaya ia tidak menyelinap lagi?

An Fitriyani (33) mengatakan, awalnya ia juga kesulitan memisahkan tidur anaknya dari dirinya. ”Memang butuh trik khusus,” ujarnya kemarin.

Awalnya sang anak sebelum tidur ia temani tidur. Ketika sang anak sudah tidur, ia pun pindah ke kamarnya. ”Pertama, kalau tengah malam anak terbangun, kita harus cepat datang ke kamar,” ujar ibu dua anak itu.

Pada hari-hari pertama, memang butuh kesabaran dan tidak langsung dilepas. Sang anak masih merasa asing tidur sendiri. ”Sehingga ada rasa khawatir,” ucap wanita yang berprofesi sebagai guru itu.

Ia sendiri termasuk lambat untuk memisahkan tidur anaknya. ”Usia lima tahun mulai saya pisah. Baru dua bulan ini benar-benar bisa mandiri,” ujar ibu dari Alif (6) dan Najwa (4) itu.

Agar sang anak menyenangi kamarnya, ia memberikan suasana yang menyenangkan di kamar yang ditempati anak, seperti membelikan kebutuhan sang anak yang disukai dan masuk akal. ”Desain kamar juga harus diperhatikan, sehingga ia merasa aman dan nyaman di kamar,” tambahnya.

Hal sama juga dirasakan Munawir (30). Ayah dua anak itu mengaku sulit memisahkan tidur antara dirinya dan anaknya, meski saat ini sang anak sudah duduk di bangku kelas 1 SD. ”Kamarnya sudah ada, tapi masih suka tidur di kamar kita," ujarnya.

Salah satu kendalanya karena sang anak terbiasa tidur sambil dipeluk olehnya, sehingga sulit tidur jika harus berpisah darinya. ”Padahal sudah SD,” imbuhnya.

Meski demikian, ia terus melatih agar sang anak bisa mandiri. Apalagi sang adik juga sudah mulai besar. ”Terus diusahakan, dengan memberikan pengertian. Sekarang sudah mulai terbiasa,” ujar lulusan Fakultas Hukum Unja itu.(nid)


Bisa Dimulai Sejak Usia Tiga Tahun

MEMBUAT balita mengerti bahwa mereka lebih baik tidur terpisah dari orangtuanya memang tidak mudah. Tapi biar bagaimanapun, hal itu harus dilakukan, sebab anak tak mungkin akan selalu tidur bersama orangtuanya. Membiasakan balita tidur terpisah sejak usia dini juga bisa menanamkan sifat kemandirian.

Sayang, kebanyakan orangtua Indonesia kerap menunggu sampai anak cukup besar untuk memisahkan tidurnya. Padahal sebaiknya begitu anak memasuki usia tiga tahun, sudah harus dibiasakan tidur terpisah. Malah di negara maju, anak sudah pisah tidur dari orangtua sejak bayi. Yang terpenting orangtua bisa mengontrol setiap saat kebutuhan bayi, mulai dari kebutuhan ASI/susu hingga jika anak pipis di celana.

Membuat anak usia balita mengerti mengenai masalah itu harus melalui proses. Tak bisa langsung sekali jadi. Terlebih kebanyakan anak tak mau tidur berpisah dari orangtuanya karena telanjur merasa aman dan nyaman. Untuk membuat anak mau tidur terpisah, orangtua harus bisa membuat anak tetap merasakan kedua hal itu, meski tak tidur bersama.

Dalam proses membuat anak merasa aman dan nyaman, orangtua dituntut memiliki kesabaran yang tinggi. Dalam keadaan seperti itu, tak jarang anak malah merasa ditinggalkan dan tak dipedulikan orangtua. Akibatnya, ia bertingkah macam-macam. Selain itu, orangtua juga harus peka, dalam arti memahami apa makna ”aman” dan ”nyaman” dalam pengertian si anak. Contohnya, dengan menemani sebelum tidur, membacakan dongeng, hingga menyanyikan lagi dan membelainya sebelum tidur.

Selain itu, buatlah keadaam aman dan nyaman menurut anak sendiri, seperti ruang kamar yang tidak terlihat seram, suasana kamar yang nyaman seperti tidak ada nyamuk, dan sebagainya.

Usahakan juga memberi penjelasan kepada anak alasan apa yang membuatnya harus tidur terpisah, misalnya karena sekarang sudah besar dan sudah mulai sekolah. Terangkan juga padanya keuntungan yang akan didapat, misalnya kini ia punya ruang sendiri untuk menyimpan semua mainan dan barang-barangnya, punya privasi, dan boleh menata kamarnya sesuka sendiri.

Menkes Koordinasikan Pencegahan dan Penanggulangan Influenza A H1N1

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) mengambil langkah cepat setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tanggal 11/6/2009 menaikkan status penyebaran penyakit influenza A H1N1 atau yang lebih populer disebut flu babi dari fase 5 ke fase 6. Menkes minta Gubernur seluruh Indonesia untuk meng-koordinasikan kegiatan-kegiatan institusi pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, Institusi Pusat di daerah, TNI dan Polri, bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain sehingga mencapai hasil optimal dalam pencegahan dan penanggulangan Influenza A H1N1.

Menurut Menkes, peningkatan status dari fase 5 (adanya sinyal kuat pandemi) ke fase 6 (pandemi/wabah) menunjukkan betapa seriusnya masalah tersebut. Penyakit ini sangat mudah menular yaitu melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah disentuh oleh penderita.

Sampai 11 Juni 2009 kasus ini telah dilaporkan 74 negara dengan jumlah penderita 28.774 orang. Dari jumlah itu 144 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian setengah persen. Hal itu disampaikan Menkes kepada para wartawan di ruang VIP Bandara Juanda Surabaya tanggal 12 Juni 2009 usai melakukan kunjungan kerja dua hari ke Jember dan Probolinggo, Jawa Timur. Sampai saat ini di Indonesia belum ada kasus influenza A H1N1. Namun demikian dengan dinyatakannya penyakit tersebut pada fase pandemi, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan. Kewaspadaan dapat dilakukan dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, menutup hidung dan mulut ketika bersin dan batuk, mencuci tangan pakai sabun setelah beraktifitas dan segera memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala flu, ujar Menkes. Melalui surat edaran No. 422/Menkes/VI/2009 tanggal 12 Juni 2009, Menkes minta Gubernur mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan di lingkungan Pemerintah provinsi, Kabupaten/kota, UPT Pusat di daerah, TNI dan Polri maupun bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat guna menjalin kemitraan dan kebersamaan dalam menghadapi pandemi influenza A H1N1. Selain itu, melakukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dengan menggunakan media komunikasi yang ada guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat sehingga masyarakat waspada, tidak panik dan mengerti cara-cara mencegah dan tindakan yang seharusnya dilakukan bila sakit dan dicurigai menderita influenza H1N1. Pada hari yang sama, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama juga mengadakan pertemuan dengan para Kepala Dinas Kesehatan Prov, Kabupaten dan Kota seluruh Indonesia di Surabaya untuk mensosialisasikan peningkatan status Influenza A H1N1 dari fase 5 ke fase 6. Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes menegaskan cadangan obat oseltamivir untuk mencegah perkembangan virus flu burung yang juga dapat digunakan untuk influenza A H1N1 sangat cukup. Upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, ujar Menkes sudah dilakukan Depkes sejak kasus tersebut muncul pertama kali di Meksiko dan Amerika Serikat. Depkes telah menetapkan enam langkah kewaspadaan menghadapi pandemi influenza H1N1, yaitu pengamatan penyakit di terminal kedatangan internasional dengan memasang thermal scanner dan pemberian kartu Health Alert Card, meningkatkan surveilans penyakit serupa influenza (ILI) dan pneumonia di 100 sentinel, menyiapkan oseltamivir, dan menyiapkan 100 rumah sakit rujukan, menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan sampel dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas, ujar Menkes. Menurut Menkes, upaya-upaya tersebut dilakukan agar masyarakat lebih meningkat kewaspadaannya terhadap penyakit Influenza A H1N1 dengan status pandemi. Penyakit ini menular antar manusia, walaupun angka kematiannya rendah. Dalam kesempatan tersebut Menkes didampingi Prof. Tjandra Yoga Adhitama, Dirjen P2PL Depkes, dr. H. Kiemas M. Akib Rahman, Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik dan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Pusat Komunikasi Publik Depkes. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Teh per Hari

Hampir dapat dipastikan, makanan sehari-hari orang Indonsia mengandung garam. Akan hambar rasanya sayur atau lauk pauk bila dimasak tanpa garam. Namun, garam merupakan salah satu bahan pangan yang harus dikurangi jika seseorang ingin terhindar dari hipertensi (darah tinggi). Meski masyarakat paham akan hal itu, sayangnya konsumsi garam di masyarakat Indonesia masih terbilang tinggi yaitu mencapai 15 gram per hari dari yang dianjurkan 6 gram atau sekitar 1 sendok teh per hari.

Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih.

Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Demikian disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), saat membuka Seminar Hipertensi dan Deteksi Dini Faktor Risikonya, di Jakarta, (11/6). Seminar ini merupakan rangkaian Hari Hipertensi Dunia 2009. Hari Hipertensi Dunia di peringati setiap tanggal 17 Mei. Tahun ini merupakan peringatan ketiga sejak dicanangkan WHO tahun 2005. Menurut dr. Tjandra Yoga, hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Ditambahkan, sesungguhnya hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah. Beberapa cara dapat dilakukan diantaranya dengan mempertahankan berat badan dalam rentang normal. Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan mengurangi garam. Olahraga teratur, sedapat mungkin mengatasi stres dan emosi. Hentikan kebiasaan merokok, Hindari minuman beralkohol. Periksa tekanan darah secara berkala; dan bila diperlukan makan obat-obatan penurun tekanan darah secara teratur sesuai saran dokter. Pemerintah memberi apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit tidak menular. Sejak bulan Februari 2006 Departemen Kesehatan membentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes melitus dan penyakit metabolik, kanker, penyakit kronik dan degeneratif lainnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi. Dr. Tjandra Yoga berharap, melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat menurunkan prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia. Peringatan Hari Hipertensi Dunia 2009 mengangkat tema Konsumsi Garam Berlebihan dan Hipertensi: Keduanya Bahaya Diam-diam (Salt and High Blood Pressure: Two Silent Killer). Di Indonesia, Hari Hipertensi Dunia diperingati dengan berbagai kegiatan diantaranya seminar dan pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, osteoporosis, gula darah, tingkat stress, body fat analizer dan tes otak, serta konsultasi gizi. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks:021-5223002 dan 52960661, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

60 Merek Obat Tradisional dan Suplemen Makanan Dimusnahkan

Enam puluh jenis obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung bahan kimia obat (BKO) ditarik dan dimusnahkan. Obat tersebut terdiri dari 6 item obat tradisional pelangsing diantaranya Qianjiali Kapsul Pelangsing dan Lasmi Kapsul, 9 item obat tradisional dan suplemen makanan penambah stamina pria diantaranya New Idola Kapsul dan Purwoceng Serbuk, serta 45 obat tradisional lainnya seperti Pamong Raga Pegal Linu dan Gatal Eksim Serbuk. Selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Masyarakat diserukan agar tidak membeli dan mengkonsumsi obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung BKO karena membahayakan kesehatan antara lain hipertensi, gagal ginjal, jantung berdebar, dan kerusakan hati bahkan dapat menimbulkan kematian.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, Sp.FK saat jumpa pers dikantor BPOM Jakarta (4/6). Ditambahkan, berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak Juni 2008 hingga Mei 2009, diketahui 60 item obat tradisional dan suplemen tersebut mengandung Sibutramin Hidroklorida, Sildenafil Sitrat, Tadalafil Deksametason, Fenilbutason, Asam Mefenamat, Metampiron dan Parasetamol. Penggunaan bahan-bahan kimia obat tanpa pengawasan dokter dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi), denyut jantung meningkat, sulit tidur, kejang, penglihatan kabur, gangguan ginjal, sakit kepala, muka merah, pusing, mual, nyeri perut, gangguan penglihatan, infark miokard, nyeri dada, jantung berdebar, gula darah meningkat, glaukoma, gangguan pertumbuhan, tulang keropos, kelemahan otot. Selain itu juga dapat menimbulkan gagal ginjal, diare, tuka lambung, gangguan ginjal, dan kerusakan hati. Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Menggerakkan Usaha di Daerah Tertinggal

M. Indrawan Husairi

Hampir secara keseluruhan di daerah-daerah tertinggal sektor yang menjadi unggulan adalah sektor pertanian (dalam arti luas). Oleh sebab itu, maka kegiatan-kegiatan usaha yang sesuai untuk dikembangkan di daerah tertinggal adalah usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian.
Kegiatan usaha yang dikembangkan di daerah tertinggal sebaiknya bersifat untuk meningkatkan nilai tambah dari kegiatan subsistem yang sudah ada. Misalnya, di daerah tertinggal yang banyak terdapat perkebunan kelapa, bisa dikembangkan unit-unit usaha mikro/kecil/menengah (UMKM) yang mengolah komoditas kelapa menjadi sejumlah produk turunannya seperti minyak kelapa, virgin coconut oil (VCO), matras dari sabut, arang tempurung, barang kerajinan, dan sebagainya.
Berkembangnya unit-unit usaha tersebut tentu akan memberikan dampak positif bagi para petani kelapa (sebagai pemilik dan pemasok bahan baku), sekaligus akan meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa tersebut. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan usaha yang dikembangkan harus yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang tinggi.
Sementara itu, pendirian suatu unit usaha tentu tidak akan terlepas dari masalah penentuan lokasi kegiatan usaha yang akan dikembangkan. Pada dasarnya, prinsip di dalam pemilihan lokasi suatu kegiatan usaha adalah untuk minimalkan biaya (transportasi dan tenaga kerja) agar diperoleh keuntungan yang maksimum.
Terkait prinsip tersebut, pemilihan kegiatan-kegiatan usaha yang memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi adalah tepat, karena bisa meminimalkan biaya transportasi penyediaan bahan baku dan lebih menjamin ketersediaan dari bahan baku itu sendiri.
Di samping itu, lokasi kegiatan-kegiatan usaha yang akan dikembangkan di daerah-daerah tertinggal sebaiknya masih berdekatan dengan permukiman penduduk, bahkan kalau bisa dilakukan di rumah para pelaku usahanya (bisnis rumahan).
Hal ini akan meminimalkan biaya investasi bangunan dan transportasi tenaga kerja, sekaligus akan mempermudah pelaku usaha di dalam menjalankan bisnis. Di samping itu, pemilihan bisnis rumahan juga akan memudahkan akses menuju pasar produk karena pada umumnya infrastruktur dan sarana di lokasi-lokasi permukiman penduduk relatif lebih baik dibandingkan di lokasi-lokasi non permukiman.
Sesudah teridentifikasinya sektor ekonomi unggulan, kegiatan usaha potensial,dan lokasi yang tepat dalam rangka mendukung kegiatan-kegiatan yang bersifat entrepreneurial di suatu daerah tertinggal ada satu masalah lain.
Masalah itu adalah bagaimana sebaiknya merencanakan pendirian atau pengembangan unit-unit usaha yang potensial? Per definisi, usaha (bisnis) adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan barang dan jasa guna memperoleh keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tujuan untuk memperoleh keuntungan pada umumnya menjadi pertimbangan utama bagi calon pelaku usaha sehingga berani memikul risiko menanamkan modalnya di dalam suatu kegiatan usaha. Untuk mengurangi kegagalan pada pendirian suatu unit usaha, diperlukan suatu perencanaan yang sistematis dan terpadu melalui suatu studi kelayakan, yakni analisis tentang layak atau tidaknya suatu usaha dilaksanakan.
Maksud layak atau tidak di sini adalah perkiraan tentang apakah usaha akan dapat atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang layak apabila telah beroperasi. Sejumlah aspek yang umumnya dikaji di dalam suatu studi kelayakan adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasi proyek, aspek lingkungan, aspek keuangan dan ekonomi,serta aspek perizinan.
Sehubungan dengan situasi dan kondisi infrastruktur dan sarana yang serba minim dan berkualitas rendah di daerah-daerah tertinggal, tentu tidak semua aspek di dalam studi kelayakan harus dianalisis. Dengan kata lain, pelaksanaan studi kelayakan terhadap rencana pendirian atau pengembangan unit-unit usaha di daerah-daerah tertinggal harus disederhanakan.
Hal ini juga terkait kondisi nyata di daerah-daerah tertinggal yang menunjukkan bahwa skala usaha yang ada dan cocok untuk dikembangkan adalah UMKM (terutama usaha mikro dan kecil/UMK). Karena itu, di dalam upaya menyederhanakan tahap studi kelayakan tersebut, aspek-aspek yang dianalisis pun bisa hanya aspek-aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek operasional proyek, aspek keuangan, serta aspek lingkungan. Di samping itu,kedalaman analisis untuk masing-masing aspek tersebut juga harus disederhanakan bahkan dibuat praktis.
Aspek pasar dan pemasaran harus menjadi titik tolak di dalam kerangka berpikir (framework) suatu studi kelayakan. Hal ini karena tidak ada proyek usaha yang akan berhasil apabila tidak ada permintaan terhadap produk (barang atau jasa) yang dihasilkan. Karena itu, aspek ini akan menentukan apakah pengkajian aspek-aspek lain perlu diteruskan atau tidak.
Pada studi kelayakan yang sederhana, terkait dengan pendirian atau pengembangan UMK di daerah tertinggal, hal-hal yang dianalisis pada aspek ini bisa hanya untuk menjawab sejumlah pertanyaan berikut. Pertama, apakah permintaan pasar terhadap produk yang akan dihasilkan itu ada? Kedua, bagaimanakah karakteristik perkembangan harga produk tersebut selama ini? Ketiga, bagaimanakah cara memasarkan produk yang dihasilkan? Keempat, apakah jaringan pemasaran dan distribusi produk sudah ada? Terkait dengan pemasaran produk, cara apa pun yang dilakukan tetap harus memperhitungkan daya tahan produk. Hal ini terkait banyaknya produk-produk UMK yang bersifat cepat rusak (perishable) , khususnya yang bergerak di sub sektor agribisnis.
Aspek Teknis berkenaan dengan pembangunan unit-unit usaha secara teknis, serta pengoperasiannya setelah selesai dibangun. Pada analisis aspek ini akan tampak sejumlah kesulitan teknis di dalam perencanaan pendirian atau pengembangan unit-unit usaha di suatu daerah tertinggal, yakni karena ketiadaan infrastruktur dan sarana yang memadai.
Walau demikian, bagi skala UMK hal ini relatif akan bisa diatasi karena yang diperlukan oleh unit usaha pada skala ini hanyalah infrastruktur dan sarana tingkat sekunder dan tersier. Adapun hal-hal pokok yang perlu dianalisis di dalam aspek ini adalah perencanaan kapasitas produksi, pemilihan mesin, dan peralatan yang paling sesuai, desain produk yang akan dipilih, penentuan lokasi dan lay out pabrik, serta analisis ketersediaan bahan baku, bahan pembantu,dan tenaga kerja.
Semakin besar suatu kegiatan usaha, makin banyak serta makin kompleks pula permasalahannya, sehingga kemampuan manajemen semakin dibutuhkan. Karenanya pada pendirian unit-unit usaha skala besar, analisis aspek manajemen dan operasi mutlak diperlukan. Namun pada perusahaan berskala UMK, kemampuan teknis lebih diutamakan daripada kemampuan manajemen.
Hal ini karena pada perusahaan UMK pimpinan perusahaan harus mempunyai kemampuan teknis karena harus menangani secara langsung sebagian dari pekerjaan teknis. Pertumbuhan dan perkembangan suatu usaha pun tidak akan bisa lepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya.
Lingkungan ini dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap kinerja suatu unit usaha, sehingga di dalam studi kelayakan aspek lingkungan dianjurkan pula untuk dianalisis di dalam hal UMK. Sejumlah faktor lingkungan yang perlu diperhatikan di daerah-daerah tertinggal antara lain keadaan masyarakat, keadaan birokrasi pemerintah, pola kepemilikan lahan, dan sebagainya.

4 Produk Dendeng/Abon Positif Mengandung DNA Babi

4 produk dendeng/abon dinyatakan positif mengandung DNA babi. Keempat produk tersebut adalah: 1. Dendeng Sapi Dua Daun Cabe Kwalitet Istimewa, kemasan 200 gram, no. pendaftaran PIRT 201357303247, produksi Malang, 2. Dendeng Sapi Brenggolo Kwalitet Istimewa, kemasan 200 gram, no. pendaftaran PIRT 201357303247, produksi Malang, 3. Dendeng Sapi Brenggolo Kwalitet Istimewa–Giling, kemasan 200 gram, no. pendaftaran PIRT 201357303247, produksi Malang, serta 4. Dendeng/Abon Sapi Spesial Dua Dinar, kemasan 80 gram, no. pendaftaran 0365/10/01/95, produksi Bandung. Selanjutnya Badan POM telah memerintahkan Balai Besar/Balai POM RI di seluruh Indonesia untuk melakukan penarikan dan pemusnahan terhadap keempat produk tersebut.

Demikian penjelasan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI (Badan POM RI), Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, Mkes, SpFK, kepada para wartawan tanggal 1 Juni 2009 di Jakarta.

Menurut Dr. Husniah, keempat produk yang mengandung DNA babi tersebut ditemukan setelah Badan POM melakukan sampling dan pengujian lanjutan atas 34 produk hasil olah daging yang terdiri dari 14 dendeng sapi dan 20 abon sapi. Padahal keempat produk yang diharamkan umat Islam tersebut mencantumkan logo “Halal” pada kemasannya. Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) selaku institusi yang berwenang menentukan halal atau tidaknya sebuah produk tidak pernah mengeluarkan sertifikat halal kepada produsen dendeng/abon tersebut, ujar Dr. Husniah. Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Hati-hati Menggunakan Peralatan Makan dari Melamin

Masyarakat diminta berhati-hati menggunakan peralatan makan dari melamin karena berdasarkan hasil pemeriksaan Badan POM, 30 produk peralatan makan melamin berupa piring, mangkuk, sendok, garpu, gelas, dan sodet yang beredar di Indonesia terbukti positif melepaskan formalin dan melamin yang berpotensi membahayakan kesehatan.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan POM Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, SpFK kepada para wartawan di Jakarta, Senin 1 Juni 2009 ketika mengumumkan Peringatan/Public Warning tentang Peralatan Makan dari Melamin.

Hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Badan POM terhadap 62 produk sampel peralatan makan melamin menemukan 30 produk yang positif melepaskan formalin dan melamin bila digunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa asam, terlebih lagi dalam keadaan panas. Kadar formalin yang dilepaskan produk-produk tersebut bervariasi, mulai dari kategori rendah (1 ppm) hingga kategori tinggi (161 ppm), kata Kepala Badan POM. Lebih lanjut dikatakan, formalin dan melamin yang dilepaskan oleh peralatan makan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan karena bisa menyebabkan timbulnya kanker, batu ginjal, gagal ginjal, menyerang saluran kemih, serta rusaknya organ-organ tubuh dan menyebabkan kematian, ujar Dr. Husniah. Secara kasat mata, produk-produk yang berbahaya bagi kesehatan ini tidak dapat dibedakan dari produk sejenis yang tidak berbahaya, sehingga untuk mengetahui produk tersebut berbahaya atau tidak harus dilakukan pengujian di laboratorium. Dari 30 produk yang terbukti positif mengeluarkan formalin tersebut, ada beberapa yang merupakan produk dalam negeri namun sebagian besarnya adalah produk impor dari negara Cina, dilihat dari tulisan yang ada di bagian belakang produk tersebut seperti “ZAK Designs China”, “Mei Shin Melamine”, dan “Melamine Ware Made In China”. Produk-produk yang dijadikan sampel ini ditemukan beredar di supermarket dan pasar-pasar tradisional. Menanggapi mengenai banyaknya produk yang berbahaya beredar di Indonesia. Dr. Husniah mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa melakukan penarikan terhadap produk-produk melamin tersebut karena izin edarnya berasal dari Departemen Perdagangan & Perindustrian. Untuk menindaklajutinya Badan POM telah melaporkan hasil temuan ini dan berkoordinasi dengan semua pihak terkait agar produk-produk yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat ini tidak lagi beredar di Indonesia, ujar Dr. Husniah. Bagi masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau yang menemukan produk tersebut dapat menghubungi Badan POM RI melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau e-mail puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

Menkes Resmikan 27 Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Kabupaten Magelang

Kamis (28/5/2009), Menteri Kesehatan RI Dr. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) meresmikan 27 Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa di Kabupaten Magelang. Acara tersebut diawali dengan peresmian gedung Pos Kesehatan Desa di Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Dalam sambutannya, Menkes mengatakan bahwa Pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan sampai saat ini secara berkesinambungan, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah mencapai keberhasilan dalam meningkatkan status kesehatan. Meskipun hasilnya belum optimal, tetapi telah banyak dirasakan oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari usaha-usaha para kader membantu pemerintah dalam melaksanakan program-program kesehatan. Tanpa kader, program dirasakan tidak akan sampai manfaatnya kepada rakyat, ujar Menkes. Berkaitan dengan Desa Siaga, Menkes menjelaskan bahwa Desa Siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kemampuan dan kesiapan sumberdaya untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri yang disebabkan oleh bencana maupun penyakit. Desa Siaga adalah bentuk pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang merupakan upaya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di desa sekaligus memberdayakan masyarakat. Tujuan Desa Siaga menurut Menkes adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Bentuk pelayanan kesehatan ditandai oleh berdirinya Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Poskesdes minimal memiliki tenaga kesehatan yaitu satu bidan dan dua orang kader kesehatan. Pembentukan Desa Siaga tentu saja bukan hanya membangun sarana fisik, pemasangan baliho, atau penggantian papan nama Polindes menjadi Poskesdes, tetapi pada menggerakkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam upaya : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap masalah kesehatan di desa, ujar Menkes. Menurut Menkes, memang tidak mudah mengembangkan Desa Siaga. Setelah berhasil kita bangun, merupakan tanggung jawab bersama agar Desa Siaga berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Menkes berharap Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Magelang agar terus memberi dukungan yang berkelanjutan dalam pembinaan, dukungan sarana dan prasarana, serta anggaran operasional dalam pengembangan Desa Siaga secara optimal. Bupati Magelang IR. H. Singgih Sanyoto dalam laporannya mengatakan jika tahun-tahun yang lalu Menkes berkunjung dalam rangka memberikan arahan dan pencanangan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) serta santri siaga, maka tahun ini pencanangan Desa Siaga dalam rangka gerakan masyarakat menuju Kabupaten Magelang Sehat. Diharapkan setelah terbentuknya Desa Siaga, maka peran forum kesehatan desa (FKD) melalui survey mawas diri dan musyawarah mufakat desa (MMD) akan terwujud derajat kesehatan yang optimal. Pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Magelang pada tahun 2008 telah dilaksanakan melalui dukungan dana APBD Kab Magelang sebesar Rp. 175 Juta dan APBN 2008 sebesar Rp. 95 Juta serta dana bantuan sosial untuk operasional desa siaga dan pos kesehatan desa sebesar Rp. 613 Juta untuk 372 Desa/Kelurahan di Kab Magelang, tambah Ir. Singgih. Menurut Ir. Singgih, sampai akhir 2008 sudah 372 desa dan kelurahan menjadi Desa Siaga dengan jumlah forum kesehatan desa yang terbentuk sebanyak 280 Desa di Kabupaten Magelang. Sedangkan sarana pelayanan kesehatan desa telah terbentuk 189 Pos Kesehatan Desa, baik yang dikembangkan melalui APBD 1, APBD 2, APBN, maupun lembaga swadaya masyarakat. Ir. Singgih berharap, semua komponen masyarakat dapat ikut berperan dalam proses penggerakan masyarakat untuk mewujudkan kesehatan secara mandiri. Selain itu, bagi swadaya masyarakat serta relawan disampaikan ucapan terima kasih atas partisipasinya dalam kegiatan ini dan diharapkan juga dapat berperan aktif dengan melakukan pengawasan sosial terhadap kegiatan lain seperti asuransi kesehatan keluarga miskin khususnya, proses pendataan yang akurat sehingga mengurangi permasalahan Jamkesmas. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id