Pisau Haifu, Revolusi Dunia Medis dari Chongqing, Tiongkok

Selain mengeksplorasi angkasa luar dan terus membangun megaproyek infrastruktur, Tiongkok—lewat Haifu Chongqing—juga menyelam ke tubuh manusia. "Pisau Haifu" itu membunuh kanker dengan fokus ultrasound. Tanpa pembedahan, kesakitan, transfusi, serta tanpa mengusik sisa organ yang sehat.
Salah satu tantangan terbesar dunia medis adalah bagaimana menyembuhkan tanpa menimbulkan kesakitan baru. Juga tanpa mengorbankan bagian organ yang sehat. Amat kerap orang harus kehilangan salah satu payudara, misalnya, demi menyelamatkan hidupnya dari kanker. Padahal bagian dari yang dipotong keseluruhan itu hanya beberapa titik yang terkena kanker.

Teknologi pembedahan juga mengharuskan pengorbanan berupa kerusakan jaringan kulit dan otot. Untuk membenahi liver yang rewel terkena kanker, orang harus dikoyak perutnya. Belum lagi pengorbanan berupa pendarahan dan karenanya harus disiapkan transfusi. Kalau berhasil, dilanjutkan dengan proses penyembuhan yang memakan waktu.

Tantangan itu dijawab dengan kemajuan teknologi ultrasound untuk bidang medis. Ilmuwan Tiongkok dari Chongqing Haifu Technology menciptakan alat yang mampu "membunuh" kanker tanpa pembedahan. Namanya HIFU (high intensify focused ultrasonic) atau HIFU System. Prinsipnya, misalnya, liver atau payudara terkena kanker sebesar kacang tanah, lokasi sebesar itu pula yang diincar dan dimatikan. "Pasien bisa melalui prosedur itu dengan sadar, tanpa anestesi. Setelah selesai, pasien bisa langsung pulang,” kata Xiang Peng, asisten presiden dan manajer internasional Haifu di markas Haifu di Qingsong Road 1, Chongqing, Tiongkok, Jumat (12/6). "Kecuali kalau selesainya prosedur itu sudah malam, dia boleh menginap di rumah sakit," lanjutnya bercanda.

Teknologi itu berbeda dari teknik laser yang tetap harus melewati jaringan sehat menuju titik yang sakit, dengan konsekuensi bisa mengganggu organ sehat di jalan laser itu. Teknologi ultrasound langsung melokalisasi titik yang sakit lalu "merebusnya" hingga mati.

Selama ini yang dikenal umum memakai teknologi tersebut adalah USG alias ultrasonografi. Karena perbedaan sifat lapisan dalam tubuh, bisa "dilihat" kondisi bagian dalam tubuh lewat pantulan frekuensi suara yang kasat telinga itu. Hasilnya, kita bisa melihat janin dalam kandungan. Tentu saja energi untuk "melihat" janin itu dibuat rendah agar tak mengganggu calon manusia itu.

Sedangkan HIFU System atau juga dikenal sebagai "Pisau Haifu" melakukan penguatan pancaran ultrasound sehingga menimbulkan panas. Prinsip kerja alat itu didemonstrasikan dengan unik. Air dalam kotak kaca diberi pancaran ultrasound dari alat terapi tumor Haifu Model JC200 atau Model JC Focused Ultrasound Tumor Therapeutic System. Tepat di tengah ada titik putih. "Titik ini adalah bagian air yang ditingkatkan suhunya menjadi 65-75 derajat dengan ultrasound,” jelas Xiang di depan rombongan wartawan Indonesia.

Titik putih itu bisa diatur besarnya, bisa sebesar beras lalu dibesarkan sebesar kacang tanah, atau lebih besar lagi. Artinya, sasaran yang "digarap" ultrasound itu bisa diatur dengan komputer sesuai besarnya kanker. Energi yang disalurkan di sana bisa dipancarkan dengan akurat.

Xiang juga mendemokan ketika titik energi ultrasound itu tepat ditempatkan di permukaan air. Menyemburlah titik air itu karena mengalami penguapan. Tangan Xiang lalu dimasukkan ke air tanpa menyentuh titik air yang panas itu. Tapi dia lewatkan di bawahnya, antara pemancar frekuensi ultrasound yang juga terendam air dengan titik air itu. "Lihat, tak ada yang luka tangan saya," katanya sambil mengelap tangan basah itu dengan tisu. Jadi antara pemancar ultrasound yang mirip lingkaran mike kecil berwarna merah bata dengan titik pemanasan tak ada "garis" panas. Pemancar ultrasound itu ditempatkan di bawah meja tempat pasien dirawat.

Haifu System bisa mencapai titik kanker tanpa mengubah kondisi di sekitarnya, baik menjadi panas atau menjadi sakit. "Dengan meningkatkan suhunya secara ultrasound, alat ini membunuh kanker di titiknya yang tepat," lanjut pakar berusia sekitar 40 tahun ini. Dengan demikian, organ sehat di sekitar titik itu tak terusik.

Prosedur itu juga disebutkan tak perlu waktu lama. Waktunya hanya beberapa puluh menit untuk kanker atau tumor kecil. Kalau kanker besar memang bisa berjam-jam, bergantung pada kompleksitasnya. "Kalau kanker itu dinyatakan sudah mati, sudah cukup,” jelasnya.

Sebanyak 20 unit alat itu sudah dipakai di rumah sakit di Tiongkok, termasuk di klinik Haifu sendiri. Yang lain dipakai di Inggris, Jepang, Amerika Serikat, Korea, Hongkong, Rusia, Spanyol, Italia, Ukraina. Untuk membuka mata dunia, demo di luar negeri dilakukan di Churchill Hospital, Oxford, Inggris. Haifu Chongqing berkolaborasi dengan Ultrasound Therapeutics Limited (UTL) Inggris.

Keberhasilan terapi kanker dari luar tubuh (extracorporeal) itu dinilai sebagai "revolusi" di bidang kedokteran. Tak heran pemerintah Tiongkok sangat membanggakan hasil riset 17 tahun tim pakar mereka di Haifu itu. Sistem tersebut kemudian dikenal dengan Pisau Haifu, sekalipun sama sekali berbeda dari fungsi pisau bedah.

Harganya yang USD 2 juta (sekitar Rp 24 miliar) dianggap layak, karena alat itu sangat efisien dalam melayani pasien. Prosesnya tak serumit prosedur pembedahan konvensional biasa. Untuk memastikan alat itu dioperasikan dengan benar, Haifu memasukkan paket harga itu dengan pelatihan dokter ahli yang akan menjadi operator. Betapapun alat itu bisa dioperasikan siapa pun, dokter tetap diperlukan untuk memastikan diagnosis yang tepat. Haifu sendiri mengoperasikan klinik bekerja sama dengan Teknik Ultrasound Fakultas Kedokteran Universitas Chongqing.

Alat tersebut bisa melayani banyak pasien secara ringkas. Kapasitasnya bisa 2.000 pasien setahun atau lima pasien sehari. Bergantung lama tidaknya dan kompleks tidaknya kanker atau tumor yang ditangani. Di Eropa, pasien membayar ongkos sekitar 6.000 euro (sekitar Rp 85 juta) untuk pelayanan alat itu. Sedangkan di Tiongkok sedikit lebih murah. Menurut situs Haifu, sekitar 10.000 pasien kanker sudah dilayani dengan alat tersebut.

Kanker dan tumor yang bisa diterapi dengan alat itu adalah kanker liver, payudara, sarcoma (jaringan ikat), pankreas, renal, dan kanker tulang. Kemampuannya diklaim termasuk menangani kanker yang sudah menyebar.

Ongkos-ongkos tadi dianggap Xiang Peng layak bila dibandingkan dengan bedah konvensional. Apalagi prosedur itu tak perlu membuat pasien kesakitan dan opname. Kalau prosedur pertama tak berhasil, tinggal diulangi. "Dalam bedah konvensional, akan rumit bila prosedur gagal jahitannya dibuka lagi," ujar sosok yang sangat fasih berbahasa Inggris tersebut.

Lalu bagaimana hasil "rebusan" bekas kanker di dalam organ sehat tadi? "Akan mengerut," kata Xiang. Dicontohkan, tumor berukuran 148 plus minus 54,2 cm2 setelah "direbus" dengan ultrasound dalam jangka enam bulan jadi 49,2 plus minus 31,0 cm3 atau mengerut jadi 63,2 persen. Bekas kanker yang terus akan mengerut itu diklaim tidak mengganggu organ sehat.

0 komentar:

Posting Komentar