Lagi, Satu Penderita DBD Meninggal

BENGKALIS - Virus dengue kembali merenggut korban. Senin malam (22/6) seorang bocah warga Kelapapati Tengah Bengkalis meninggal dunia di RUSD Bengkalis. Nyawanya tak terselamatkan karena virus dengue sudah menyerang pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah pecah (DSS).

Dengan demikian hingga Juni 2009, dari sebanyak 105 kasus DBD di Kabupaten Bengkalis, 3 orang diantara meninggal dunia, sementara yang lainnya bisa diselamatkan. Melihat tingginya angka penderita DBD, tak bisa tidak masyarakat harus mandiri untuk hidup sehat sebagai upaya memberantas sarang nyamuk aides agepty yang menularkan virus dengue

Informasi dari Direktur RSUD Bengkalis Dr Abdul Mutholib Rambe pada juni 2009 ini saja tercatat sebanyak 23 penderita DBD dan 3 orang meninggal dunia. Sementara saat ini yang masih dirawat sebanyak 5 orang satu diantaranya dirawat di ICCU, namun sudah dapat ditangani.

Kepala Dinas Kesehatan Bengkalis Edi Setiawan kemarin (23/6), mengakui jika satu lagi warga meninggal karena DBD. Pihak Diskes katanya langsung melakukan epidemiologi (PE) yakni melakukan penyelidikan. Dan dari penyelidikan yang dilakukan fogging harus dilakukan.

“Fogging baru dilakukan jika sudah ada kasus, dan ini sebenarnya kurang efektif dalam mengatasi persoalan DBD, karena hanya bersifat mematikan nyamuk, bukan memberantas sarang dan jentik-jentik. Justru yang harus dilakukan itu menerapkan pola hidup sehat. Dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat mandiri. Artinya untuk membersihkan lingkungan sebagai upaya pencegahan berkembangbiaknya nyamuk, bukan atas perintah atau menunggu ada gotong royong, namun atas kesadaran sendiri membersihkan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang sehat,” jelasnya.

Menurutnya, tingginya kasus DBD memang sudah diprediksi, dimana prediksi secara analisis dalam 5 tahun terakhir, diperkirakan kasus DBD akan mencapai puncaknya pada bulan Juni-Juli dan September 2009. “Dan ternyata prediksi kita benar, hingga akhir Juni ini sudah tercatat 105 kasus DBD, 3 orang diantaranya meninggal dunia,” terang Edi.

Kendati kasus DBD dikatagorikan cukup tinggi, namun belum bisa dikatakan sudah KLB (kejadian luar biasa), karena jumlah penderita belum melebihi dari bulan yang sama tahun sebelumnya,

Secara penanganan medis sebagaimana diungkap Edi sudah tak ada masalah, yang perlu menjadi perhatian kesadaran warga untuk tidak menunggu-nunggu jika ada demam. Artinya jika mengetahui anak demam harus segera mendapat penangannan medis dengan membawa ke sarana kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Karena perekmbangan biakan virus dengeu sangat cepat. Jika virus tersebut sudah masuk ke pembuluh darah, apapun upaya yang dilakukan, tidak akan membuahkan hasil.

Dan yang tepenting adalah menerapkan pola hidup dan lingkungan yang sehat. Tiga M sudah satu keharusan jika tidak mau tertular nyamuk aides agepty.

“Saya sudah beritahu Camat bagaimana supaya di lingkungan bisa dilakukan gotong royong, dan camat katanya juga sudah menyampaikan ke kepala desa.. Harapan kita masyarakat dengan penuh kesadaran bisa hidup bersih secara mandiri, karena upaya yang paling effektif mmemberantas DBD memang adalah dengan lingkungan dan hidup yang bersih,” tambahnya.

Dirilis dari: Harian Jambi Independent

0 komentar:

Posting Komentar