Lakukan Perawatan Gigi secara Benar

PERAWATAN gigi secara rutin dan teliti merupakan salah satu cara untuk mencegah masalah gigi, termasuk gejala gusi berdarah. “Yang penting rajin menggosok gigi minimal dua kali sehari secara baik dan benar,” ujar drg Polisman Sitangggang MKes.

Jika perlu, rutin membersihkan karang gigi, kemudian memoles permukaan gigi sampai licin. Termasuk karang gigi yang melekat di bawah gusi.

Tidak hanya itu, selalu mengonsumsi makanan yang bergizi, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, juga banyak membantu. Nutrisi dalam sayuran dan buah biasanya banyak mengandung vitamin seperti vitamin C yang bisa membantu mencegah gusi berdarah.

Jika gusi berdarah sudah terjadi, untuk pengobatan sesaat, segera periksakan diri ke dokter gigi untuk memastikan kondisi kesehatan mulut. “Sehingga dokter akan memberikan terapi obat dan tindakan memperbaiki kondisi gusi,” sebutnya.

Kemudian ia juga menyampaikan cara menyikat gigi yang benar. Pertama, pilihlah bulu sikat yang halus dan ujung kepala sikat gigi yang kecil agar dapat menjangkau ke bagian gigi paling belakang. Gigi yang menghadap pipi disarankan disikat dengan gerakan memutar dari atas ke bawah, diawali dengan bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi dan mengarah ke akar gigi.

Gerakan menyikat sebaiknya jangan horizontal, dari kiri ke kanan, karena ruang di sela gigi tidak terjangkau oleh bulu sikat. “Selain itu, gerakan horizontal yang disertai tekanan yang berlebihan dapat merusak perlekatan gusi dengan gigi sehingga menyebabkan resesi gusi,” paparnya.

Jangan Anggap Remeh Gusi Berdarah

ANDA pernah mengalami gusi berdarah saat menggosok gigi? Itu salah satu gejala peradangan gusi atau gingivitis. Gingivitis biasanya ditandai gusi bengkak, warnanya merah terang, dan mudah berdarah dengan sentuhan ringan.

Menurut drg P Sitanggang MKes, gingivitis dapat disebabkan beberapa hal, antara lain kebersihan mulut yang buruk, penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar), dan efek samping obat-obatan tertentu yang diminum secara rutin. Penyebab lainnya adalah kekurangan vitamin C.

“Jika sisa-sisa makanan tidak dibersihkan tuntas, menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Akibatnya, terjadi infeksi pada gusi dan tulang yang menopang gigi,” ujarnya.

Sitanggang menyebutkan, ada beberapa gejala gingivitis (periodontal disease) seperti jarak antara gigi semakin renggang, dan gusi menyusut sehingga pangkal gigi semakin terlihat. Adakalanya gigi tanggal sebelum waktunya, atau bisa juga timbul rasa nyeri pada gusi. “Bau mulut yang muncul juga gejala dari peradangan gusi,” tambahnya.

Secara umum, kata Sitanggang, peradangan pada gusi dimulai dari munculnya karang gigi atau plak yang terbentuk di sekitar gusi. Karang gigi itu disebabkan saliva atau air ludah agak kental dan juga disebabkan kurang perhatian terhadap kebersihan gigi dan mulut.

Selanjutnya akan terjadi kerusakan pada jaringan gigi. Pada tahap ini, tulang penyangga gigi dan jaringan yang menyangga gigi di tempat yang terinfeksi tersebut sudah mengalami kerusakan. “Itulah yang menyebabkan jarak antara gigi semakin renggang dan gusi menyusut,” tukasnya.

Jika itu terjadi, gusi mulai membentuk kantong, yang akan menjadi perangkap bagi sisa-sisa makanan yang menempel dan menjadi plak. Tahap yang paling parah ketika terjadi advanced periodontitis.

Itu merupakan tahap yang paling parah dari penyakit gusi. Pada tahap tersebut, jaringan dan tulang yang menyangga gigi telah hancur. Hal itu bisa menyebabkan gigi goyang bahkan tanggal. “Kondisi itu menyebabkan keompongan pada usia muda atau sebelum waktunya,” kata Sitanggang.

Hal tersebut tentu mengganggu kenyamanan saat mengunyah. Apalagi jika tak dilakukan perawatan rutin terhadap gigi. Pada akhirnya gigi harus dicabut, karena sudah rusak dan keropos.

0 komentar:

Posting Komentar