Seks Tak Tersalurkan Pengaruhi Emosi

BAGI pasangan suami-istri, aktivitas seks sudah menjadi kebutuhan. Jika tak tersalurkan, akan menjadi masalah tersendiri. Salah satunya bisa membuat emosi tidak stabil.

Menurut dr Teddy Rochantoro SpOG, pada dasarnya aktivitas seks adalah hal yang menyenangkan. Karena itu pada pasangan suami-istri maupun pada orang yang terbiasa melakukannya, akan ketagihan.

“Saat seseorang mencapai orgasme atau ejakulasi pada laki-laki, akan terasa seperti fly. Dan hal tersebut tersimpan pada sistem limbic pada otak manusia,” kata Teddy. “Hal itu yang membuat orang selalu ingin mengulangi aktivitas seks.”

Jika ada halangan sehingga tidak bisa melakukannya, bisa membuat emosi tidak stabil, sebab memori menyenangkan pada saat beraktivitas seks masih tersimpan di otak. “Meski secara medis tidak ada dampak negatif secara langsung pada orang yang jarang melakukan seks atau terhalang untuk berhubungan badan,” jelasnya.

Lalu berapa kali frekuensi berhubungan seks normal? Teddy mengatakan, pada setiap orang berbeda, tergantung kebiasaan dan kesepakatan yang dibangun oleh pasangan.

Ia mencontohkan, seorang suami atau istri terpisah jarak dan jarang melakukan hubungan seks, pada saat berhubungan seks, tercapai kualitas hubungan seks yang sempurna dan memuaskan kedua pasangan, maka masalah kuantitas berhubungan seks tidak jadi masalah. “Sebab kualitas hubungan seks lebih penting daripada frekuensi hubungan itu sendiri,” tandasnya.

Selain itu, jika pasangan suami-istri terpisah jarak dan tidak bisa berhubungan seks, kedua pihak bisa saling mengerti dan saling setia, maka stabilitas emosi akibat pengaruh sistem limbic juga terjaga karena kedua pihak saling maklum.

Ia menegaskan, secara medis belum ada penjelasan ilmiah seks yang tidak tersalurkan akan berdampak negatif bagi kesehatan baik metal maupun fisik. Hanya saja, bagi beberapa orang yang mungkin tidak bisa menjaga emosionalnya, ilustrasi terhadap keindahan dan kenikmatan yang tersimpan dalam sistem limbic akan membuat orang berusaha mengejar kembali apa yang tersimpan dalm memori otak tersebut.

“Jika tidak ditemukan, bisa membuat emosi tidak stabil, uring-uringan, mudah marah, atau lesu tidak bergairah dalam bekerja, sebab ada hal dalam memory otaknya yang ingin ia capai, yakni kenikmatan berhubungan seks tadi, namun terhalangi,” ujar Teddy.

Untuk itu, pada pasangan yang terhalang jarak, yang paling penting adalah komunikasi dan saling pengertian antarpasangan bisa terbangun dengan baik.

Yang tidak kalah penting, saat muncul keinginan, alihkan dengan kegiatan positif. Olahraga juga bisa membantu.

Kemudian bagi yang sulit berhubungan seks karena ada masalah jarak dan lainnya, sebaiknya ciptakan kualitas hubungan yang sempurna ketika ada kesempatan untuk melakukannya. “Perhatikan kualitas daripada kuantitas,” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar