“Memberdayakan Masyarakat, Memperkuat Jejaring Kerja” Kongres Internasional ke-9 Tentang AIDS di Kawasan Asia dan Pasifik (ICAAP), Westin Hotel, BICC-

Denpasar, 10 Agustus, 2009
Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadillah Supari, Sp.JP (K) mengatakan pemberian Anti Retroviral Treatment secara gratis oleh Indonesia, memperlihatkan penurunan angka kematian. Hal itu disampaikannya dalam pidato yang dibacakan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), Dirjen P2PL Depkes pada Kongres Internasional ke 9 Tentang AIDS di Kawasan Asia dan Pasifik (ICAAP) di Westin Hotel, BICC-Denpasar, tanggal 10 Agustus 2009. Kongres yang berlangsung tanggal 9-13 Agustus dihadiri para menteri dan duta duta besar dari Negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Tujuan kongres yaitu untuk membahas, antara lain, isu tentang mobilitas, migrasi, serta isu gender dan penyandang cacat, agar dapat memberdayakan anggota masyarakat seutuhnya dan memperkuat jejaring kerja sehingga mampu merespon AIDS secara efektif.

Menkes RI selanjutnya menyatakan: "upaya yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kesehatan masyarakat dalam penyediaan ART (Anti Retroviral Treatment), menunjukkan peningkatan ketahanan hidup secara signifikan diantara para penderita yang mendapat terapi tersebut."

Kongress ini di selenggarakan untuk mempromosikan pencapaian terbaik secara ilmiah dan serta keingintahuan, menyediakan forum bagi dialog yang bermakna dan bekualitas, mendorong dan memupuk akuntabilitas dan langkah langkah individu atau kolektif dalam menghadapi HIV dan AIDS di Asia dan Pasifik serta memastikan adanya kesinambungan respons bersamaan dengan keterlibatan penuh para ODHA dan kelompok kelompok berpengaruh lainnya dalam masyarakat.

HIV di Indonesia
Perkembangan HIV di Indonesia berbeda dari propinsi ke propinsi. Didalam laporan Departemen Kesehatan, dua propinsi Indonesia timur yaitu provinsi Papua dan Papua Barat sedang menghadapi epidemi umum dengan perkembangan HIV berada pada angka 2,4%.

Bali, pulau cantik di Indonesia dimana konggres internasional ke 9 ICAAP berlangusng adalah provinsi dimana kasus pertama AIDS Indonesia - Acquired Immunodeficiency Syndrome - dilaporkan pertama kali di tahun 1987. Sejak itu jumlah ODHA (Orang Hidup Dengan HIV/AIDS), terus meningkat. Selama dua dekade ini angka Indonesia itu telah berlipat ganda mencapai perkiraan 277.000 kasus.

Dukungan Perawatan dan Pengobatan
Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari juga meyebutkan bahwa Indonesia, dalam hal dukungan perawatan dan pengobatan, telah menerapkan pemberiran Antiretroviral Therapy (ART) di 25 rumah sakit di tahun 2004 dan secara bertahap jumlahnya ditingkatkan menjadi 150 rumah sakit ART di tahun 2007 dan saat ini telah mencapai 234 rumah sakit.

Jumlah ODHA yang sudah masuk perawatan ini ialah 43.118 orang, 21.653 orang pernah diobati dengan antiretroviral (ARV), dan 12.493 orang yang sampai saat sedang dalam pengobatan ARV. Pengobatan ARV diberikan secara Cuma-cuma, karena disubsidi penuh oleh pemerintah. Sekarang ini, terdapat 547 pusat pusat Voluntir Konseling & Pemberian Test (VCT) di seluruh penjuru negeri, yakni pusat pusat yang memberikan dan menyediakan tes dan konseling terus- menerus, yang berafiliasi dengan kelompok kelompok peduli HIV/AIDS di masyarakat. Pengawasan HIV dan penyakit menular seksual (PMS) generasi kedua juga sudah dilaksanakan di negeri ini, sejak lebih sepuluh tahun yang lalu. Dampak yang luar biasa sudah terlihat dengan menurunnya tren kematian, sejak terapi Antiretroviral (ART) diterapkan, dari 46% di tahun 2006, turun menjadi 17% di tahun 2008.

Issu Strategis Indonesia
Kemajuan Indonesia menangani HIV/ AIDS terkendala masih rendahnya pemahaman terhadap cara dan metoda pencegahan dan pengendalian infeksi HIV serta meningkatnya penyebaran infeksi karena PMS dan HIV. Keseluruhan tantangan ini masih belum didukung oleh pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang komprehensif untuk penanganan PMS, HIV/AIDS, serta masih lemahnya kesinambungan manajemen program termasuk pendanaan.

HIV di Kawasan Asia Pasifik

Menurut WHO, kawasan Asia Pasifik mempunyai beban HIV kedua tertinggi, didunia, dengan perkiraan 4,9 juta orang hidup dengan HIV/AIDS. Di kawasan yang padat dan beragam ini, HIV dianggap sebagai epidemi terkonsentrasi, dimana kasus HIV tercatat tertinggi dikalangan populasi berisiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial serta para pelanggan mereka, pengguna Narkoba suntik (Penasun), dan semakin meningkatnya seks antar pria (LSL). Lebih dari 95% kasus HIV di kawasan Asia Pasifik terjadi di 9 negara yaitu : Kamboja, Cina, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea (PNG), Thailand, dan Vietnam. Di 9 negara ini, diperkiraan jumlah ODHA mencapai sekitar 4,5 juta orang.

Namun begitu, mayoritas pengidap yang memerlukan perawatan di negara negara Asia Pasifik masih belum mendapat pengobatan ART. Tantangan pemerintah untuk pengembangan program kedepan termasuk pendeteksian dini atau screening untuk pemberian ART, pemantauan pasien yang lebih baik, desentralisasi dan integrasi ART kedalam sistem pelayanan kesehatan nasional, pengembangan system perawatan nasional untuk mendukung pasien yang memerlukan terapi seumur -hidup, dan memperkuat system monitor pasien untuk meningkatkan kelancaran pemberian perawatan.

Dukungan pendanaan yang terus menerus, baik dari eksternal maupun dari pemerintah akan sangat diperlukan demi kelanjutan momentum untuk kelanjutan perluasan lebih ART. Kawasan Asia Pasifik sudah menunjukkan kemajuan yang sangat mengesankan dalam penyediaan perawatan dan pengobatan yang memadai bagi orang yang terinfeksi HIV.

Kemajuan Indonesia Memerangi HIV/AIDS
Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) mengatakan, "di dalam program pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS, pemerintah telah mengawali suatu pendekatan dengan tema Desa Siaga. Ini merupakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan – termasuk HIV/AIDS. Seperti halnya di negara negara lain, pencegahan serta upaya pengendalian HIV/AIDS di Indonesia masih menghadapi tantangan yang kompleks. Menteri Siti Fadillah Supari, menyatakan: “sangat penting bagi kita semua, untuk bekerja sama dengan erat, demi pencegahan penyebaran penyakit ini serta menjauhi stigmatisasi dan diskriminasi."

"Didalam krisis ekonomi global ini, membutuhkan kepimpinan yang kuat untuk menanggulangi dampak krisis, termasuk dalam program penanggulangan dan pengendalian HIV/AIDS. Kebijakan yang kuat dan tegas, serta dukungan dan fasilitas diperlukan untuk memberikan arah yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat " .

Harapan bagi Sukses di Masa Depan
Kongres Internasional ke 9 Tentang AIDS di Kawasan Asia dan Pasifik (ICAAP) di Bali di bulan Agustus 2009, dengan tujuan mempromosikan kecanggihan ilmu pengetahuan dan keingin tahuan, menyediakan forum dialog yang bermakna dan berkualitas, mendorong akuntabilitas dan memberikan motivasi langkah langkah baik bagi individu maupun kolektif dalam menghadapi HIV dan AIDS di kawasan Asia dan Pasifik serta memastikan kesinambungan respons tersebut. Semua stakeholders pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia dan Pasifik diharapkan untuk berkerja keras mencari jawaban jawaban terhadap perwujudan kerja sama antara berbagai kepentingan dari berbagai negara termasuk memberdayakan orang orang serta memperkuat jejaring kerja untuk mencapai sukses dalam menghentikan epidemi AIDS di kawasan Asia Pasifik dan dunia.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh peserta konggres internasional ke 9 ICAAP ini ialah mencari cara yang lebih baik untuk dapat memberdayakan serta memperkuat jejaring kerja antar masyarakat di kawasan ini. Harapan besar pada konggres ini yaitu memberi hasil hasil berupa ide-ide baru dan segar serta bukti bukti baru dengan cara cara yang lebih baik dalam pengendalian epidemi HIV/AIDS.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Dirilis dari: info@puskom.depkes.go.id

0 komentar:

Posting Komentar