Hindari Keintiman Berlebihan saat Pacaran

HASIL survei di plaza dan mal di Jakarta menyebutkan, 42 persen dari remaja berusia 13-20 tahun pernah mengadakan hubungan seks di luar nikah. Temuan itu mengejutkan. Temuan lain, 2,6 juta orang melakukan aborsi setiap tahun. 700 ribu adalah remaja kurang dari usia 20 tahun.

“Makanya persoalan seks bebas harus mendapatkan penanganan serius. Tidak hanya dari orangtua, guru, tapi juga remaja itu sendiri,” ujar dr Asianto Supargo SpKJ dalam seminar kesehatan reproduksi yang digelar IIDI, Sabtu (18/7).

Menurutnya, ada beberapa efek negatif hubungan seks bebas. Pertama, kehamilan remaja dalam kesehatan fisik dan psikologis dalam kehidupan sosial dan masa depan.

Dikatakan, pada kehamilan remaja rentan terjadi di antaranya anemia, kemacetan persalinan karena tulang pinggul yang kurang sempurna, kematian bayi, trauma psikis, depresi, dan isolasi dari pergaulan.

Dalam kehidupan sosial, remaja gagal menikmati masa remaja, penolakan masyarakat, aib keluarga, stempel “anak bejat”, melanggar etik dan moral, dan melanggar ajaran agama.

Untuk masa depan remaja, muncul rasa berdosa, berusaha menggugurkan kandungan, kawin paksa, ketidakbahagiaan, hingga perceraian.

Untuk itu, perlu usaha menghindari hubungan seks pranikah. “Untuk menghindarinya, benteng utama adalah diri sendiri, yakni peribadi masing-masing, terutama remaja putri,” jelas Asianto.

Kemudian menjunjung tinggi ajaran agama, nilai-nilai etika dan moral, memahami berbagai efek negatif yang akan timbul, menghargai nilai diri pribadi, dan menghindari kondisi dan situasi yang bisa mengarah ke hubungan seks pranikah.

Ada beberapa usaha untuk menghindari kondisi dan situasi “berbahaya” waktu pacaran. Pertama, terkait keintiman dan waktu. Semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama pacar, risiko terjadi keadaan berbahaya lebih mudah terjadi. “Awalnya hanya jalan biasa, pegangan tangan, hingga hubungan seks pranikah,” jelasnya.

Kedua, keintiman dan tempat. Pada tempat terbuka, keintiman masih bisa dihindari. Masuk ke tempat biasa seperti bioskop, keintiman akan mulai terjadi. Jika berlanjut ke tempat tertutup, berisiko ke arah seks pranikah.

Ketiga, adanya rangsangan. Pada pria, rangsangan bisa dari mata. Pada wanita, melalui rabaan, pelukan, ciuman, hingga rayuan. “Meski gombal, wanita biasanya suka dirayu,” ujarnya.

Pada tahap lanjut, rangsangan yang diberikan, yang mendapat respons dari pasangan, bisa mencapai titik balik. Pada titik itu, baik pria dan wanita bisa masuk ke hubungan terlarang. “Makanya faktor risiko harus dihindari,” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar